Diagnosis Hifema
Diagnosis hifema ditegakkan berdasarkan temuan klinis yaitu akumulasi sel darah merah pada bilik anterior mata. Pada pasien dengan hifema, pemeriksaan fisik harus menilai grading hifema dan mengidentifikasi adanya keterlibatan struktur dalam mata lainnya seperti trauma mata terbuka, abrasi kornea, iritis, katarak, subluksasi atau dislokasi lensa, ruptur sklera, neuropati optik, dan ruptur retina.[2]
Anamnesis
Pada anamnesis, pasien biasanya datang dengan keluhan perdarahan pada mata setelah trauma mata. Selain itu, pasien juga dapat mengeluhkan penurunan penglihatan, yang bergantung pada level hifema.[1,2,6]
Tajam penglihatan biasanya akan memburuk apabila pasien dalam posisi supinasi dan akan membaik apabila dilakukan elevasi kepala. Pasien juga dapat mengeluh adanya nyeri tumpul pada daerah sekitar mata, mual, muntah yang dapat disebabkan oleh karena peningkatan tekanan intraokular.[1,2,6]
Dokter perlu menanyakan riwayat kondisi medis pasien yang mengalami hifema tanpa didahului trauma pada mata. Tanyakan riwayat diabetes, hipertensi, tumor mata, leukemia. Tanyakan apakah pasien memiliki gangguan pembekuan darah seperti anemia sel sabit, hemofilia, penyakit Von Willebrand. Tanyakan juga apakah pasien pernah menjalani operasi mata, dan juga riwayat penggunaan obat-obatan seperti warfarin atau heparin.[1,2,6]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada hifema dilakukan setelah stabilisasi hemodinamik dan pemeriksaan pada cedera yang dapat mengancam nyawa pada kasus trauma multipel. Pada pasien yang datang dengan hifema tanpa riwayat trauma multipel, pemeriksaan mata segera dilakukan dan dimulai dari pemeriksaan ketajaman visus. Pada pemeriksaan ketajaman visus, hasil pemeriksaan visus sesuai dengan derajat hifemanya.
Kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan anterior mata, dimana inspeksi palpebra, bulu mata, duktus lakrimalis, kornea, fungsi pupil, dan pergerakan bola mata dilakukan. Pemeriksaan pada kornea dapat menemukan adanya corneal blood staining apabila hifema terjadi lebih lama. Beberapa pemeriksaan dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:
- Fungsi pupil: abnormalitas pupil mengarah pada adanya trauma muskulus sfingter iris dan fraktur dasar orbita
- Pergerakan mata: pergerakan mata yang abnormal mengarah pada fraktur orbita dengan otot orbital terperangkap di antara fraktur
- Posisi bola mata dan tajam penglihatan: menilai tingkat keparahan trauma yang terjadi
Pada hifema akibat trauma, perlu dilakukan evaluasi apakah terdapat kemosis dan perdarahan konjungtiva untuk melihat kemungkinan ruptur skleral. Dokter juga perlu mengidentifikasi adakah trauma mata terbuka atau sindrom kompartemen orbita untuk memutuskan langkah pemeriksaan selanjutnya dan tata laksana sebelumnya. Pemeriksaan tonometri digital dilakukan untuk memeriksa adakah kenaikan TIO pada pasien yang dapat menyebabkan komplikasi glaukoma, tetapi tidak boleh dilakukan sebelum mengeksklusi adanya trauma mata terbuka.
Apabila secara pemeriksaan langsung tidak ditemukan adanya akumulasi darah, pemeriksaan slit lamp dapat dilakukan untuk melihat apakah terdapat mikrohifema, yaitu adanya sirkulasi sel darah merah pada ruang anterior mata. Pemeriksaan dengan tes fluorescein juga perlu dilakukan untuk menilai apakah terdapat abrasi kornea setelah mengeksklusi trauma mata terbuka.[1,2]
Selain itu, pemeriksaan fundus dilakukan untuk melihat apakah ada keterlibatan segmen posterior akibat trauma seperti robekan pada retina.[1,2]
Derajat Keparahan
Derajat keparahan hifema dapat ditentukan melalui pemeriksaan anterior mata. Derajat beratnya hifema terbagi menjadi empat klasifikasi berdasarkan tampilan klinis, yaitu:
- Derajat 1, darah menutupi <1/3 ruang anterior mata
- Derajat 2, darah menutupi 1/3 sampai ½ ruang anterior mata
- Derajat 3, darah menutupi >1/2 ruang anterior mata
- Derajat 4, darah menutupi seluruh ruang anterior, disebut juga blackball atau 8-ball hyphema[1]
Menentukan derajat keparahan hifema penting untuk menetapkan rencana tata laksana selanjutnya.[4]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding hifema adalah keratokonjungtivitis atopik, melanoma okular, xanthogranuloma juvenil.
Melanoma Okular
Melanoma pada iris dan badan siliar dapat mengakibatkan penurunan lapang pandang, nyeri pada daerah okular, dan floaters. Floaters disebabkan oleh adanya nekrosis di dalam tumor atau struktur yang berdekatan dengan tumor sehingga menyebabkan perdarahan vitreus atau hifema.[7]
Keratokonjungtivitis Atopik
Pasien dengan keratokonjungtivitis atopik biasanya datang dengan keluhan mata merah, penurunan lapang pandang, fotofobia, dan ada rasa gatal pada mata. Terdapat riwayat alergi atau atopi, seperti dermatitis, asma, dan/atau rhinitis.[7]
Xanthogranuloma Juvenil
Xanthogranuloma juvenil merupakan gangguan dermatologis yang dapat melibatkan daerah okular. Traktus uveal merupakan tempat yang paling sering mengalami gangguan. Lesi okular biasanya ditemukan secara insidental atau ketika terjadi hifema spontan. Penyakit ini sangat jarang ditemukan.[7]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada hifema dilakukan apabila pasien dicurigai trauma mata terbuka atau adanya perdarahan pada bilik anterior atau perdarahan vitreus yang menyebabkan bilik posterior tidak tervisualisasi. Pemeriksaan laboratorium juga dapat dilakukan untuk pasien yang dicurigai adanya kondisi medis yang melatarbelakangi hifema.[3]
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap dan profil koagulasi diperlukan pada pasien yang mengalami hifema spontan dengan riwayat gangguan pembekuan darah atau penggunaan obat-obat antikoagulan. Pemeriksaan sel darah tepi juga dibutuhkan untuk melihat kemungkinan anemia sel sabit, hemofilia, penyakit Von Willebrand. [2]
CT Scan Orbita
Dilakukan pada pasien dengan riwayat trauma terbuka, benda asing intraokular, atau dicurigai mengalami fraktur orbita.[2]
Ultrasonografi (USG) Orbita
USG Orbita dilakukan untuk mengevaluasi apakah terdapat dislokasi lensa, benda asing intraokular, robekan retina, atau perdarahan vitreus posterior.[2]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja