Penatalaksanaan Oklusi Vena Retina Sentral
Pilihan utama penatalaksanaan medikamentosa oklusi vena retina sentral atau central retinal vein occlusion (CRVO) tipe iskemik atau dengan edema makula adalah anti-vascular endothelial growth factor (anti-VEGF) intravitreal. Pilihan terapi lainnya adalah kortikosteroid intraokular, fotokoagulasi laser/panretinal photocoagulation (PRP) dan pars plana vitrectomy.
Fotokoagulasi laser direkomendasikan untuk oklusi vena retina sentral dengan neovaskularisasi. Perlu diperhatikan bahwa dari seluruh pilihan terapi yang ada, sampai saat ini belum ada terapi definitif yang sepenuhnya efektif untuk oklusi vena retina sentral.
Observasi tanpa terapi medikamentosa direkomendasikan pada tipe noniskemik atau dengan visus lebih baik dari 6/12. Pada kondisi ini, resolusi spontan dapat terjadi. Selain itu, karena oklusi vena retina sentral sering berhubungan dengan penyakit kronis, seperti diabetes mellitus dan hipertensi, kontrol kondisi ini sangat diperlukan di samping terapi utama, seperti anti-VEGF dan laser fotokoagulasi.[1,3,4,8]
Pada fasilitas kesehatan primer, pasien dengan kecurigaan oklusi vena retina sentral disarankan untuk dirujuk ke dokter spesialis mata dalam 2–4 minggu dari onset gejala. Penanganan awal pada pasien oklusi vena retina sentral adalah pemeriksaan diagnostik, seperti oftalmoskopi dan pemeriksaan darah, seperti kadar gula darah untuk identifikasi dan kontrol faktor risiko.[4,18]
Medikamentosa
Pilihan utama untuk tata laksana medikamentosa pada oklusi vena retina sentral tipe iskemik maupun dengan edema makula adalah injeksi intravitreal anti-VEGF. Kasus tipe noniskemik tanpa edema makula tidak direkomendasikan untuk langsung diberikan terapi medikamentosa karena masih terdapat kemungkinan untuk resolusi tanpa komplikasi. Antikoagulan sistemik tidak direkomendasikan karena berisiko meningkatkan perdarahan retina.[1,3]
Anti-Vascular Endothelial Growth Factor Therapy
Anti-vascular endothelial growth factor atau yang dikenal dengan anti-VEGF direkomendasikan pada oklusi vena retina sentral tipe iskemik dan oklusi vena retina sentral dengan edema makula. Tujuan pemberian anti-VEGF intravitreal adalah menghambat dan mengurangi proses neovaskularisasi dan edema makula yang disebabkan karena kadar VEGF yang tinggi.[1,3,6,8]
Anti-VEGF yang direkomendasikan kebanyakan pedoman adalah ranibizumab, dan aflibercept. Pemberian anti-VEGF pada umumnya diawali dengan loading dose selama 3–6 bulan dengan interval dosis sekitar 4 minggu. Kemudian dilanjutkan dengan regimen tetap per bulan, pro renata (PRN), atau extend regimen sesuai keputusan klinis. Bila setelah 3 kali injeksi tidak didapatkan perbaikan klinis, anti-VEGF dapat dipertimbangkan untuk dihentikan.[4,6]
Pertimbangan pemberian anti-VEGF diambil berdasarkan visus dan gambaran optical coherence tomography, seperti adanya iskemia makula dan kerusakan fovea. Hasil yang diharapkan dari pemberian anti-VEGF adalah mencapai ketajaman visus terbaik yang konstan dan tidak adanya perburukan klinis.[1,3,4,6]
Pada oklusi vena retina sentral tipe iskemik yang sudah menyelesaikan terapi anti-VEGF, disarankan untuk melakukan follow up setiap 1–2 bulan dalam 1 tahun pertama. Tujuan follow up ini adalah untuk melihat adanya vaskularisasi.[3]
Dexamethasone
Pada oklusi vena retina sentral dengan edema makula, pemberian dexamethasone intravitreal dengan dosis 0,7 mg dapat dipertimbangkan. Dexamethasone intravitreal dapat diulang pemberiannya dengan interval 4–6 bulan. Hasil akhir yang diharapkan adalah perbaikan visus, tetapi neovaskularisasi dapat tetap terjadi. Maka dari itu, disarankan follow up tiap bulan.
Pada beberapa studi, efek samping yang jarang tetapi dapat ditemukan adalah peningkatan tekanan intraokular (puncak di hari ke-60 dari terapi dimulai) dan katarak. Maka dari itu, follow up pemeriksaan tekanan intraokular (TIO) dan segmen anterior bola mata perlu dilakukan. Perbaikan visus pada terapi dexamethasone intravitreal rata-rata didapatkan dalam 7–60 hari.[3,4]
Pembedahan
Tata laksana pembedahan yang dapat direkomendasikan pada kondisi tertentu untuk pasien oklusi vena retina sentral meliputi laser panretinal photocoagulation (PRP), PRP dengan cyclodiode laser therapy/tube shunt surgery, dan pars plana vitrectomy.[1,3,4,6]
Tindakan lainnya, seperti grid laser photocoagulation sudah tidak direkomendasikan lagi pada oklusi vena retina sentral dengan edema makula karena tidak didapatkan adanya perbaikan visus. PRP profilaksis untuk pencegahan neovaskularisasi iris (NVI) juga secara statistik tidak bermanfaat dalam menurunkan insiden NVI.[1,5]
Laser Panretinal Photocoagulation
Tindakan laser panretinal photocoagulation (PRP) dapat dipertimbangkan pada mereka dengan oklusi vena retina sentral iskemik yang disertai neovaskularisasi segmen anterior. Anti-VEGF diberikan sebagai adjuvan dalam tindakan ini.
Pemberian anti-VEGF dapat dilakukan pada hari tindakan maupun dalam 1–2 minggu setelah tindakan PRP. Fotokoagulasi dilakukan untuk mematikan retina yang iskemia sehingga produksi VEGF menurun dan aliran pembuluh darah retina membaik.[3,4,6]
PRP dengan Cyclodiode Laser Therapy/Tube Shunt Surgery
Pada oklusi vena retina sentral disertai neovaskularisasi dengan peningkatan TIO dan sudut kamera okuli anterior tertutup, pilihan terapi yang dapat direkomendasikan adalah PRP dengan cyclodiode laser therapy/tube shunt surgery. Pemberian anti-VEGF pada kondisi ini harus dilakukan dengan hati-hati, karena dapat memperburuk peningkatan TIO dalam jangka pendek.[4]
Pars Plana Vitrectomy
Tata laksana pembedahan yang dapat dipertimbangkan pada beberapa kasus oklusi vena retina sentral adalah pars plana vitrectomy. Pars plana vitrectomy dilakukan apabila:
- Oklusi vena retina sentral disertai dengan perdarahan vitreus dengan tujuan memperbaiki penglihatan, atau
- Oklusi vena retina sentral disertai dengan neovaskularisasi segmen anterior dengan melakukan terapi ablasi retina[1,5]
Diet dan Terapi Suportif
Diet yang direkomendasikan untuk pasien dengan oklusi vena retina sentral adalah diet Mediterania. Diet Mediterania adalah diet tinggi produk tanaman, seperti sayur, buah, dan biji-bijian, serta minyak zaitun. Pasien juga diperbolehkan untuk mengonsumsi makanan laut, keju dan yogurt dengan jumlah sedang, serta wine maksimal 1 porsi per hari. Hal ini dilakukan terutama untuk mengontrol faktor risiko kardiovaskular, seperti hipertensi dan dislipidemia.
Pasien oklusi vena retina sentral dengan penurunan penglihatan dapat direkomendasikan untuk menggunakan task lighting dan kaca pembesar untuk membantu penglihatan dan mengurangi risiko jatuh. Untuk membantu dalam kegiatan sehari-hari, pasien dapat direkomendasikan untuk menggunakan ukuran tulisan yang lebih besar pada telepon genggam maupun media baca.[4,19,20]
Follow Up
Follow up untuk pasien dengan oklusi vena retina sentral noniskemik yang tidak mendapatkan tata laksana khusus dilakukan setiap 3 bulan dalam 6 bulan pertama. Follow up dapat selesai apabila dalam 18 bulan tidak didapatkan komplikasi maupun perburukan atau 18 bulan setelah injeksi intravitreal apabila diperlukan.
Pada saat follow up, dilakukan evaluasi adanya edema makula, neovaskularisasi retina segmen anterior, ketajaman visus, dan glaukoma neovaskular (tekanan intraokular). Pasien yang mendapat anti-VEGF dilakukan follow up sesuai klinis, dan umumnya dilanjutkan sampai setelah terapi anti-VEGF selesai.[1,4]
Untuk pasien yang mendapat terapi, follow up dilakukan setiap bulan dalam 6 bulan pertama kemudian dilanjutkan menjadi per 3 bulan pada 1 tahun berikutnya. Biasanya follow up pada kasus tanpa komplikasi tidak melebihi 3 tahun.
Adanya disc collateral atau optociliary shunt vessels (OSVs) dan resolusi edema makula menjadi penanda adanya perbaikan. OSVs ditandai dengan adanya vena dari diskus optikus ke koroid, yang fungsinya sebagai bypass vena retina sentral yang mengalami oklusi. Bila ditemukan kondisi ini, follow up dapat dilakukan selama 6 bulan, kemudian selesai bila tidak ada komplikasi.[3,21]