Pendahuluan Ulkus Kornea
Ulkus kornea adalah defek pada epitel kornea sampai dengan lapisan stroma yang ditandai dengan infiltrat supuratif dan diskontinuitas jaringan kornea. Ulkus kornea berpotensi mengancam penglihatan dan digolongkan sebagai kegawatan okular.
Ulkus kornea dapat berhubungan dengan infeksi bakteri, virus, parasit, ataupun jamur. Ulkus juga dapat disebabkan karena non-infeksi, seperti kondisi autoimun, defisiensi vitamin A, keratitis terekspos, dan trauma.[1–3]
Gambar 1. Ulkus Kornea.
Patofisiologi ulkus kornea berkaitan dengan anatomi kornea yang merupakan jaringan avaskular. Saat terjadi inflamasi, pelepasan zat antiinflamasi tidak akan secepat jaringan yang kaya akan vaskularisasi. Selain itu, lapisan kornea, khususnya membran Bowman, tidak dapat regenerasi. Kedua hal ini menyebabkan kerusakan yang irreversibel pada epitel kornea, sehingga pada proses penyembuhan dapat terbentuk jaringan parut dengan gambaran opak.[1–3]
Keluhan pada ulkus kornea meliputi mata merah, nyeri, sensasi benda asing, fotofobia, keluar sekret dari mata, dan mata berair. Pemeriksaan mata anterior menunjukkan defek pada epitel kornea yang mungkin disertai dengan kekeruhan kornea. Pemeriksaan lain yang diperlukan adalah pemeriksaan visus, respon pupil, dan tes fluoresensi untuk melihat ulkus kornea lebih jelas dan tes seidel untuk melihat kemungkinan perforasi kornea.[2,4,5]
Penatalaksanaan ulkus kornea berupa terapi suportif seperti sikloplegik dan analgesik, seperti diklofenak, untuk meringankan gejala. Etiologi ulkus kornea perlu diidentifikasi dan dikontrol, misalnya antibiotik jika disebabkan infeksi bakteri dan antivirus jika infeksi virus. Bila kerusakan luas atau menyebabkan gangguan fungsi, maka dapat dipertimbangkan tindakan operasi berupa transplantasi kornea.[6–9]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli