Diagnosis Glioblastoma
Diagnosis glioblastoma dapat diketahui secara pasti melalui pemeriksaan histologi. Namun, dokter perlu mengenali tanda dan gejala tumor otak dari anamnesis dan pemeriksaan fisik terlebih dahulu, yang disertai pemeriksaan penunjang radiologi.[1,2]
Anamnesis
Dari anamnesis, gejala klinis pasien glioblastoma sangat bervariasi, ditentukan oleh ukuran dan lokasi tumor. Misalnya, tumor yang berada di lobus frontalis, lobus temporalis, atau corpus callosum dapat menimbulkan gejala disfungsi eksekutif, gangguan mood, fatigue, dan gangguan memori ringan.[1,6,7]
Gejala yang cukup sering dijumpai akibat peningkatan tekanan intrakranial, yakni nyeri kepala, mual-muntah, dan defisit neurologis fokal progresif seperti kelemahan otot dan gangguan sensorik. Nyeri kepala umumnya memberat dengan posisi berbaring.[1,2,6]
Kejang dapat dijumpai pada 25% kasus, dan umumnya mudah teratasi dengan antikonvulsan. Pasien juga dapat mengalami gangguan berbahasa dan gangguan penglihatan. Meskipun jarang, glioblastoma dapat menimbulkan gejala menyerupai stroke akibat perdarahan intratumor.[1,2,6]
Anamnesis riwayat penyakit keluarga dan lingkungan dapat menunjukkan risiko familial atau faktor risiko eksogen, seperti paparan terhadap radiasi. Heteroanamnesis mungkin diperlukan untuk mendapat hasil yang lebih akurat.[8]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pasien dengan tumor otak berfokus untuk membedakan tumor otak primer dari tumor otak akibat metastasis, dan menilai ada tidaknya kontraindikasi pembedahan. Dokter perlu melakukan pemeriksaan fisik secara umum dan pemeriksaan neurologis.
Pemeriksaan neurologis dapat menunjukkan defisit neurologis fokal, seperti hemiparesis, kehilangan fungsi sensoris, gangguan penglihatan, dan afasia. Skala Neurological Assessment in Neuro-Oncology (NANO) dapat digunakan untuk mendokumentasikan hasil pemeriksaan neurologis. Penilaian neurokognitif dapat dilakukan dengan Mini Mental State Examination (MMSE).[2,8]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding glioblastoma yang dapat menunjukkan tanda dan gejala klinis serupa di antaranya perdarahan intrakranial dan tumor otak sekunder.
Perdarahan Intrakranial
Perdarahan intrakranial dapat timbul dalam parenkim otak atau ruang potensial di meninges, seperti hematoma epidural, subdural, dan perdarahan subarachnoid. Seperti glioblastoma, perdarahan dapat menimbulkan gejala-gejala space occupying lesion dan tekanan tinggi intrakranial.
Untuk membedakannya, perlu dilakukan anamnesis mengenai onset gejala, di mana onset gejala akibat perdarahan intrakranial umumnya terjadi secara akut, juga pemeriksaan penunjang radiologi, seperti MRI otak atau CT scan kepala.[2,7]
Tumor Otak Sekunder
Tumor otak sekunder atau metastasis adalah sel-sel kanker yang bermetastasis ke otak dari tumor primer di organ lain. Diperkirakan, 20–40% pasien yang terdiagnosis dengan kanker primer dapat mengalami metastasis ke otak. Seperti glioblastoma, tumor otak sekunder dapat menimbulkan gejala space occupying lesion dan tekanan tinggi intrakranial.[2,8]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dianjurkan untuk menegakkan diagnosis glioblastoma umumnya sama dengan pemeriksaan dugaan tumor otak. Pemeriksaan radiologi diagnostik awal dapat berupa CT scan kepala atau MRI otak, yang dilanjutkan dengan pemeriksaan histologi.
MRI Otak
Pada MRI otak dengan kontras, glioblastoma hampir selalu menangkap kontras gadolinium, yang tampak sebagai massa ireguler dengan ring of enhancement jelas dan nekrosis sentral yang hipointens. Nekrosis merupakan tanda khas glioblastoma. Dapat juga ditemukan edema vasogenik di sekitar tumor, perdarahan, dan distorsi ventrikel.[1]
CT Scan Kepala
Pada CT scan kepala, glioblastoma umumnya tampak sebagai lesi hipodens ireguler, dengan cincin perifer yang menangkap lebih banyak kontras, dan edema vasogenik di area penumbra. Terkadang tampak perdarahan, dan jarang tampak kalsifikasi.[1,2]
PET Scan
PET scan sangat sensitif pada tahap awal diagnosis, dan dapat membantu dalam diagnosis glioblastoma pada kasus-kasus sulit, misalnya glioblastoma yang berhubungan dengan nekrosis akibat radiasi atau perdarahan.
Dibandingkan MRI, PET scan dapat mengidentifikasi heterogenitas intratumor dan perluasan tumor dengan lebih baik. PET scan juga bermanfaat dalam perencanaan terapi (biopsi, pembedahan, radioterapi) dan monitoring pascaterapi.[2]
Pemeriksaan Histologi
Secara mikroskopis, glioblastoma merupakan tumor highly cellular yang terdiri dari sel-sel astrosit berdiferensiasi buruk, fusiformis, bulat, atau pleomorfik dengan nukleus atipik dan aktivitas mitosis. Nekrosis dan proliferasi mikrovaskular merupakan tanda diagnostik yang penting dalam diagnosis glioblastoma.
Sel-sel tumor viabel umumnya berada di perifer, sedangkan jaringan nekrotik umumnya berada di sentral. Proliferasi mikrovaskular didapatkan di seluruh bagian tumor, tetapi lebih banyak di sekitar area nekrotik dan batas-batas infiltrasi.[2,11]