Epidemiologi Kanker Esofagus
Secara epidemiologi, kanker esofagus merupakan salah satu dari lima jenis kanker gastrointestinal yang paling umum dengan estimasi sekitar 16.940 kasus per tahunnya di Amerika Serikat. Terdapat sebuah area dengan tingkat risiko kanker esofagus tertinggi yang dikenal sebagai esophageal cancer belt yaitu Iran bagian Utara, Rusia bagian Selatan, Asia Tengah, dan Cina Utara, dengan 90% kasus didominasi oleh kanker esofagus tipe karsinoma sel skuamosa.[1]
Global
Terdapat dua subtipe mayor pada kanker esofagus, yakni karsinoma sel skuamosa dan adenokarsinoma. Tipe karsinoma sel skuamosa merupakan yang lebih sering dijumpai di praktik, tetapi insidensinya bisa berbeda-beda pada setiap negara. Sebagai contoh, kanker esofagus tipe karsinoma sel skuamosa mempengaruhi 90% kasus di Cina, Jepang, dan negara-negara Afrika Tenggara, sedangkan tipe adenokarsinoma lebih banyak ditemukan di negara Barat.[9]
Rasio pria dan wanita pada pasien dengan esofagus Barret adalah sekitar 2:1. Untuk kanker esofagus, pria 2-3 kali lebih banyak mengalami dibandingkan wanita. Tingkat kejadian kanker esofagus adenokarsinoma menunjukkan peningkatan sebanyak 38 kali pada pria dibandingkan dengan wanita. Selain itu, kanker esofagus tipe adenokarsinoma memiliki peningkatan kejadian pada usia di atas 50 tahun.[1,4]
Indonesia
Menurut data yang diperoleh dari Globocan 2020, angka kejadian kanker esofagus di Indonesia mencapai 1.327 kasus baru per tahun dan menyebabkan kematian pada hingga 1.283 orang.[5]
Mortalitas
Pada tahun 2020, kanker esofagus menduduki peringkat ke-6 dari penyebab kematian kanker di seluruh dunia dengan perkiraan sebanyak 0,54 juta kematian. Angka kematian menurut standar usia adalah 5,6 kematian per 100.000 orang. Karena tingginya keganasan dan prognosis yang buruk, kanker esofagus memiliki angka kematian yang tinggi disertai dengan insidensi yang tinggi pula.
Mortalitas pada pasien dengan kanker esofagus disebabkan oleh sejumlah faktor, termasuk terdeteksinya penyakit pada tahap lanjut dan kemampuan tumor untuk menyebar ke organ vital melalui pembuluh darah dan limfatik. Keterbatasan opsi pengobatan yang efektif, terutama pada stadium lanjut, serta adanya komplikasi seperti obstruksi saluran makan, perdarahan, atau infeksi, dapat memperburuk prognosis.[2,8-10]
Penulisan pertama oleh: dr. Krisandryka Wijaya