Prognosis Sarkoma Kaposi
Prognosis sarkoma Kaposi tergantung pada tipe manifestasi klinis, usia pasien, kondisi imun, dan terapi dari sarkoma Kaposi. Penyakit ini dapat menyebabkan beberapa komplikasi, antara lain keganasan sekunder, infeksi sekunder dan gangguan mobilisasi.
Komplikasi
Sarkoma kaposi dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut:
- Keganasan sekunder, terutama limfoma yang terjadi sebanyak 35% pada pasien dengan sarkoma Kaposi klasik
- Infeksi sekunder, terutama pada pasien dengan acquired immunodeficiency syndrome (AIDS)
- Edema akibat gangguan drainase limfatik
- Gangguan dalam mobilisasi akibat limfedema[14]
Prognosis
Tipe manifestasi klinis dari sarkoma Kaposi menentukan prognosis dari penyakit ini. Ditemukan bahwa tipe localized nodular memiliki prognosis yang paling baik dibandingkan tipe lainnya, dengan jumlah kematian yang cukup rendah. [15]
Sebuah studi menyatakan bahwa usia dibawah 50 tahun cenderung memiliki prognosis yang lebih baik. Usia muda selama ini dikenal sebagai faktor prognostik yang baik pada berbagai tumor solid dan keganasan hematologik. Pada pasien dengan usia muda tanpa adanya kondisi immunocompromised memungkinkan gejala klinis yang berbeda dengan prognosis yang lebih baik. [16]
Kondisi imunosupresi berkaitan dengan agresivitas dari sarkoma Kaposi. Namun, efek fluktuatif didapatkan pada pasien yang menerima terapi imunosupresif maupun kortikosteroid. Lesi sarkoma Kaposi tampak pada awal pemberian terapi imunosupresif dan akan hilang setelah penghentian terapi.
Sarkoma Kaposi iatrogenik pada pasien resipien transplan yang respons terhadap modifikasi terapi memiliki prognosis yang baik. Sarkoma Kaposi klasik dahulunya dianggap merupakan penyebab kematian pada pasien imunokompeten, tetapi pada kenyataannya, penyebab kematian pada sarkoma Kaposi klasik disebabkan oleh penyakit lain yang timbul bersamaan.[15,16]
Pemberian terapi antiretroviral dapat memperbaiki prognosis. Pasien dengan sarkoma Kaposi generalisata yang sering ditemukan pada pasien dengan human immunodeficiency virus (HIV) memiliki tingkat kesintasan mendekati 0% bila tanpa terapi, akibat sarkoma Kaposinya sendiri atau tumpangan infeksi oportunistik.
Pemberian antiretroviral diketahui dapat memperpanjang rerata kesintasan hingga 31 bulan dibandingkan yang tidak mengonsumsi antiretroviral hanya 7 bulan. Riwayat penggunaan antiretroviral sebelumnya juga dapat mengurangi risiko timbulnya sarkoma Kaposi yang agresif.[15]
Selain itu, stadium ditemukannya sarkoma Kaposi juga menentukan kesintasan pasien. Pasien yang ditemukan pada stadium awal didapatkan kesintasan 5 tahunnya mencapai 92% dibandingkan pada stadium lanjut, yang hanya mencapai 83%. Pemberian kombinasi retroviral dan kemoterapi liposomal anthracycline dapat meningkatkan kesintasan 5 tahun menjadi 85%. [15]