Prognosis Fraktur Ankle
Prognosis pada fraktur ankle bergantung pada jenis fraktur, usia, serta terapi yang diberikan. Komplikasi pada fraktur ankle yang perlu diwaspadai adalah nonunion (gagal menyatu) atau delayed union (penyembuhan terlambat).[5,7]
Komplikasi
Komplikasi pada fraktur ankle dapat timbul akibat penatalaksanaan konservatif dan intervensi bedah. Komplikasi jangka panjang yang tidak ditangani dengan tepat dapat menyebabkan terjadinya infeksi berkelanjutan hingga berakhir dengan amputasi.[5,6]
Komplikasi dari Penatalaksanaan Konservatif
Pada pasien fraktur ankle, kekakuan pergelangan kaki sering terjadi akibat imobilisasi yang berkepanjangan, mengakibatkan keterbatasan gerak yang dapat memperlambat rehabilitasi. Selain itu, risiko deep vein thrombosis (DVT) dan emboli paru meningkat akibat imobilisasi dan gangguan aliran darah pada ekstremitas bawah.
Redislokasi mortise pergelangan kaki dapat terjadi karena kurangnya stabilisasi optimal, yang memerlukan manipulasi ulang untuk mencegah malalignment. Tekanan gips yang tidak terkontrol juga dapat menyebabkan ulserasi kulit, meningkatkan risiko infeksi dan komplikasi penyembuhan luka.
Gangguan penyembuhan tulang seperti delayed union, non-union, dan malunion dapat terjadi akibat stabilisasi yang tidak adekuat atau perfusi yang buruk ke area fraktur. Malunion dapat menyebabkan deformitas anatomis yang mengganggu biomekanika pergelangan kaki dan meningkatkan risiko instabilitas kronis.
Pasien juga dapat mengalami keterlambatan dalam kembali ke aktivitas fungsional akibat nyeri persisten dan kelemahan otot yang berkepanjangan. Dalam jangka panjang, artritis pergelangan kaki pascatrauma dapat berkembang akibat ketidakseimbangan beban pada sendi yang mengalami kerusakan kartilago, menyebabkan nyeri kronis dan penurunan kualitas hidup pasien.[5,6]
Komplikasi dari Intervensi Bedah
Komplikasi fraktur ankle pasca intervensi bedah dapat mencakup masalah infeksi, gangguan penyembuhan luka, DVT, emboli paru, dan kegagalan implantasi. Infeksi, baik superfisial maupun dalam, dapat menyebabkan osteomyelitis dan memperburuk penyembuhan, terutama pada pasien dengan komorbiditas seperti diabetes atau gangguan vaskular.
Nyeri pada bekas luka dan dehiscence luka sering terjadi akibat ketegangan jaringan atau gangguan vaskularisasi, yang dapat menghambat proses penyembuhan. Selain itu, kegagalan pemasangan sekrup dan plat, seperti plat yang patah atau sekrup yang longgar, dapat menyebabkan ketidakstabilan mekanis, meningkatkan risiko fraktur non-union atau delayed-union.[5,6]
Prognosis
Prognosis fraktur ankle stabil yang tidak memerlukan intervensi bedah memiliki prognosis yang sangat baik, di mana pasien secara bertahap dapat menahan beban dan kembali ke kondisi awal dalam 6-8 minggu setelah trauma. Pada pasien fraktur ankle yang tidak stabil dan menjalani intervensi bedah, penyembuhan mungkin lebih lama untuk mencapai fungsi stabilitas pergelangan kaki secara penuh.[5-7]
Faktor risiko seperti usia lanjut, komorbiditas vaskular, dan status metabolik pasien juga berpengaruh terhadap penyembuhan tulang dan pemulihan fungsi. Telah dilaporkan bahwa risiko infeksi post-operatif pada pasien fraktur ankle dengan diabetes berkisar antara 11,5-21,5%. Pasien dengan diabetes juga lebih berisiko mengalami gangguan penyembuhan luka, malunion, artropati, serta komplikasi jaringan lunak.[6]