Pendahuluan Kontraktur Dupuytren
Kontraktur Dupuytren atau Dupuytren contracture adalah penyakit miofibroblastik yang ditandai dengan penebalan dan pemendekan fascia palmaris, yang menyebabkan kontraktur jari-jari tangan, terutama pada sendi metakarpofalangeal atau sendi interfalangeal proksimal. Jari tangan yang keempat dan kelima paling sering mengalami kontraktur ini, tetapi semua jari tangan bisa terkena.[1,2]
Etiologi kontraktur Dupuytren diperkirakan berkaitan dengan interaksi gen multipel yang diekspresikan secara bervariasi dan secara tertunda. The Genome-Wide Association Study (GWAS) telah mengidentifikasi 26 regio genomik yang berhubungan dengan penyakit Dupuytren. Faktor risiko meliputi diabetes mellitus tipe 1 maupun tipe 2, penyakit liver, dan epilepsi. Selain itu, orang yang bekerja dengan alat yang bergetar selama >15 tahun (vibration exposure) juga berisiko.[3-5]
Diagnosis kontraktur Dupuytren ditegakkan secara klinis, yaitu dengan identifikasi manifestasi klinis berupa pitting dan penebalan kulit palmar. Manifestasi tersebut bisa disertai dengan adanya nodul padat yang tidak nyeri, yang melekat pada kulit dan fascia profunda. Terdapat cords yang mengikuti nodul-nodul tersebut, yang bisa berkontraksi, sehingga menyebabkan deformitas fleksi yang terfiksasi pada jari yang terpengaruh.[6,7]
Saat ini belum ada penatalaksanaan yang bisa menyembuhkan kontraktur Dupuytren. Penatalaksanaan bertujuan untuk mengontrol dan mengoreksi deformitas, serta mencegah cedera neurovaskular. Penatalaksanaan non-bedah bisa berupa fisioterapi, farmakoterapi, radioterapi, dan kolagenase. Sementara itu, penatalaksanaan bedah mencakup fasciotomy jarum, fasiektomi terbatas, dan dermofasciectomy.[6-8]