Edukasi dan Promosi Kesehatan Trigger Finger
Edukasi dan promosi kesehatan yang diberikan pada pasien trigger finger perlu meliputi informasi tentang perjalanan penyakit, opsi penatalaksanaan, serta upaya pencegahan trigger finger di masa depan. Dokter juga dapat menjelaskan mengenai faktor risiko terjadinya trigger finger.
Edukasi Pasien
Dokter perlu menjelaskan penyebab trigger finger, faktor risiko yang mungkin dimiliki oleh pasien, perjalanan penyakit, dan tahapan pengobatan. Pasien perlu diedukasi bahwa trigger finger memiliki tingkat kesembuhan yang sangat baik jika ditangani dengan tepat.
Pengobatan akan diawali dengan pemberian analgesik dan tindakan suportif seperti kompres dingin dan imobilisasi dengan bidai. Pasien diharapkan dapat memantau perkembangan gejala. Jika belum ada perbaikan, pasien dianjurkan untuk mendapat injeksi steroid. Tindakan pembedahan mungkin diindikasikan jika injeksi steroid tidak berhasil. Komplikasi dan tingkat keberhasilan dari tiap terapi perlu dijelaskan dengan baik kepada pasien.[1,7]
Pada pasien yang mendapat injeksi steroid, tanda-tanda infeksi dan perdarahan pada area injeksi perlu dilaporkan. Nyeri umumnya dirasakan pada area injeksi selama 2–4 hari dan merupakan hal yang wajar. Rasa baal mungkin dirasakan pada jari dan area telapak tangan jika struktur saraf terpapar obat anestesi. Hal ini dapat hilang secara spontan dalam waktu beberapa hari.
Jika ada keluhan nyeri hebat, mati rasa berkepanjangan, atau tanda-tanda infeksi serta perdarahan, pasien perlu segera kembali ke dokter. Untuk mencegah terjadinya ruptur tendon, sebaiknya pasien menghindari aktivitas yang memberikan beban berat pada area tangan selama beberapa minggu setelah injeksi steroid.[7]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Saat ini tidak ada program khusus yang berfokus pada pengendalian penyakit trigger finger. Namun, penyakit ini dapat dicegah dengan menghindari gerakan berulang yang menyebabkan penekanan pada jari dan area telapak tangan. Bila pasien memiliki faktor risiko seperti diabetes mellitus, gout, dan rheumatoid arthritis, pasien juga disarankan untuk menjalani pengobatan untuk penyakit-penyakit tersebut.[3]