Patofisiologi Transient Tachypnea of the Newborn
Patofisiologi transient tachypnea of the newborn (TTN) berkaitan dengan terlambatnya clearance dan absorpsi cairan paru akibat gangguan amiloride-sensitive epithelial sodium channel (EnaC) dan natrium kalium ATPase (Na/K ATPase). Selama masa kehamilan, epitel paru janin menyekresi cairan alveolar yang berfungsi penting untuk pertumbuhan paru normal.[2,4]
Pada saat persalinan, hormon maternal, yaitu epinefrin dan glukokortikoid, menstimulasi paru janin untuk memulai absorpsi cairan alveolar dengan mengaktivasi ENaC yang berada di membran apikal pneumosit alveolar tipe II. Proses clearance cairan alveolar dimulai dengan transpor pasif sodium menuju sel alveolar tipe II dengan melewati ENaC, yang dilanjutkan dengan transpor aktif sodium menuju interstitium pulmonal melalui pompa Na+/K+ ATPase.[2,4]
Gradien osmotik yang terbentuk menyebabkan transpor pasif air yang selanjutnya diabsorpsi menuju sirkulasi pulmonal dan sistem limfatik. Pada TTN, terlambatnya clearance cairan alveolar diduga terjadi akibat abnormalitas aktivitas ENaC dan Na/K ATPase.[2,4]
Parameter untuk Memprediksi Tingkat Keparahan
TTN umumnya merupakan perjalanan klinis yang jinak, tetapi beberapa kasus mungkin memiliki gejala yang parah dan memerlukan dukungan ventilasi. Beberapa parameter dapat diperiksa dalam 1 jam setelah lahir, untuk menentukan peningkatan kadar CO2 dan/atau peningkatan kebutuhan alat bantu napas pada neonatus.[5,6]
Silverman Andersen Respiratory Severity Score
Skor keparahan pernapasan atau respiratory severity score (RSS) yang dirancang oleh Silverman dan Andersen pada tahun 1956 bermanfaat untuk mengukur gangguan pernapasan pada neonatus. Penilaian skor ini bersifat objektif, mudah dipelajari, cepat dilakukan, dan tidak memerlukan peralatan mahal.[5,6]
Tabel 1. Penilaian 5 Parameter RSS oleh Silverman dan Andersen
Parameter | Grade 0 | Grade 1 | Grade 2 |
Upper chest movement | Synchronized (napas teratur) | Lag on inspiration (inspirasi tertinggal) | See-saw (gambaran jungkat jungkit) |
Lower chest retraction | Tidak ada | Ada tapi tidak jelas | Jelas terlihat |
Xiphoid retraction | Tidak ada | Ada tapi tidak jelas | Jelas terlihat |
Nares dilatation | Tidak ada | Ada tapi tidak jelas | Jelas terlihat |
Expiratory grunt | Tidak ada | Terdengar dengan stetoskop | Terdengar jelas oleh telinga |
Sumber: Hudiyati, 2024.[5]
Setelah semua skor dari setiap parameter dijumlahkan, hasil skor “0” menandakan neonatus bernapas dengan nyaman/normal. Sementara, hasil skor “10” menunjukkan gangguan pernapasan berat.[5]
Studi kohort prospektif menunjukkan tingkat CO2 berkorelasi dengan RSS, tetapi rata-rata CO2 untuk pasien dengan skor <5 tidak berbeda signifikan dengan skor ≥5. Pasien dengan skor pernapasan ≥5 mengalami peningkatan dukungan pernapasan dalam waktu 24 jam lebih sering daripada mereka yang memiliki skor <5.[5]
Skor keparahan pernapasan Silverman Andersen ini dipercaya dapat memprediksi kebutuhan peningkatan dukungan pernapasan, sehingga neonatus dapat segera dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih memadai.[5,6]
Parameter Baru
Mean platelet volume (MPV), nucleated red blood cells (NRBCs), dan right ventricular systolic pressure (RVSP) telah diteliti sebagai parameter baru untuk memprediksi tingkat keparahan TNN. Hasil penelitian awal menunjukkan pasien dengan RSS Silverman Andersen >7 memiliki trombosit, jumlah NRBC absolut, NRBC/100 WBC, dan kadar RVSP yang signifikan lebih tinggi daripada pasien dengan RSS <7. Penelitian ini menyimpulkan bahwa nilai NRBC dan RVSP yang tinggi dapat membantu pengambilan keputusan untuk merujuk pasien ke NICU.[7]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini