Pendahuluan Aspergillosis
Aspergillosis merupakan sebuah spektrum penyakit infeksi akibat jamur Aspergillus spp. Aspergillosis utamanya mempengaruhi saluran napas, menyebabkan aspergillosis bronkopulmoner alergi (allergic bronchopulmonary aspergillosis/ABPA), chronic necrotizing pulmonary aspergillosis (CNPA), aspergilloma, dan aspergillosis invasif.
Kondisi lain akibat aspergillosis meliputi bronkitis aspergillus, rhinosinusitis aspergillus, otitis eksterna, dan onikomikosis aspergillus. Infeksi dapat terjadi secara lokal atau diseminata ke area lain akibat inhalasi atau inokulasi dari konidia Aspergillus, terutama pada pasien yang menerima terapi imunosupresi atau pasien neutropenia setelah transplantasi sumsum tulang atau mendapatkan kemoterapi.[1,2]
Manifestasi klinis aspergillosis tergantung pada lokasi infeksi. ABPA umumnya terjadi pada penderita asma dan cystic fibrosis. ABPA dapat bermanifestasi sebagai demam dan infiltrat paru yang tidak responsif terhadap terapi antibakteri. Pasien akan mengalami batuk dan menghasilkan sumbat lendir.
Di sisi lain, aspergilloma bisa asimptomatik dan baru ditemukan saat pasien menjalani rontgen toraks. Sedangkan CNPA umumnya bermanifestasi sebagai pneumonia subakut yang tidak berespon terhadap antibiotik
Sementara itu, aspergillosis invasif umumnya terjadi pada pasien dengan neutropenia berkepanjangan atau imunosupresi. Manifestasi klinis dapat berupa demam, batuk, dispnea, nyeri dada pleuritik, dan hemoptisis. Pasien mengalami takipnea dan hipoksemia progresif cepat.[1-4]
Terapi ABPA adalah kortikosteroid oral, yang dapat ditambahkan itraconazole oral jika terjadi kasus berulang atau kronis. Pada pasien yang mengalami sinusitis jamur, dapat dipertimbangkan reseksi bedah polip nasal, ataupun cuci hidung dengan amphotericin atau itraconazole. Sementara itu, pada kasus aspergillosis invasif, voriconazole merupakan terapi pilihan.[4]