Diagnosis Aspergillosis
Diagnosis aspergillosis perlu dicurigai pada pasien dengan keluhan batuk, sesak, dan hemoptisis yang memiliki faktor risiko. Aspergillosis umumnya terjadi pada pasien dengan gangguan sistem imun, seperti resipien transplantasi organ solid, serta pasien dengan gangguan saluran napas seperti asma dan cystic fibrosis.
Meskipun bisa melibatkan berbagai sistem organ, saluran napas merupakan sistem organ yang paling sering terpengaruh. Di saluran napas, aspergillosis dapat bermanifestasi sebagai aspergillosis bronkopulmoner alergi (allergic bronchopulmonary aspergillosis/ABPA), chronic necrotizing pulmonary aspergillosis (CNPA), aspergilloma, dan aspergillosis invasif.[1,3]
Anamnesis
Aspergillosis paling sering mempengaruhi saluran napas. Gejala klinis paling sering dijumpai adalah sesak napas, peningkatan produksi sputum, nyeri kepala, serta nyeri sendi. Seiring perkembangan penyakit dapat muncul demam, toksisitas, dan penurunan berat badan.[5]
Allergic Bronchopulmonary Aspergillosis (ABPA)
ABPA biasanya dialami pasien asma dan cystic fibrosis. Pasien asma dan cystic fibrosis yang mengalami ABPA biasanya memiliki kontrol penyakit yang buruk dan sulit melakukan tapering off steroid oral.
Manifestasi klinis yang muncul adalah demam, batuk, dan sumbat lendir yang tidak berespon dengan terapi antibiotik. Jika ABPA terjadi bersamaan dengan sinusitis alergi fungal, pasien juga mungkin mengeluhkan ada drainase sinus yang purulen.[4,6]
Kriteria diagnosis ABPA adalah:
- Kehadiran 1 dari kondisi predisposisi berikut: asma atau cystic fibrosis
- Kriteria utama: (1) Tes kulit Aspergillus positif atau peningkatan IgE terhadap fumigatus; (2) Total serum IgE > 1000 IU/mL
- 2 dari 3 kriteria tambahan: (1) Positif precipitin serum atau IgG terhadap Aspergillus fumigatus; (2) fitur radiologis sugestif untuk ABPA; (3) jumlah eosinofil darah > 500 sel/L pada pasien yang belum pernah menggunakan kortikosteroid[6]
Aspergilloma
Pasien aspergilloma bisa asimptomatik dan penyakit baru ditemukan secara tidak sengaja akibat pencitraan toraks. Jika timbul gejala, pasien bisa mengeluhkan batuk dan demam. Pada 40-60% pasien, aspergilloma menyebabkan hemoptisis yang bisa masif dan mengancam nyawa.
Aspergilloma umumnya terjadi pada pasien yang sudah memiliki kavitas sebelumnya. Ini mencakup pasien tuberkulosis atau pasien HIV yang memiliki riwayat Pneumocystis jiroveci pneumonia.[4,6]
Chronic Necrotizing Pulmonary Aspergillosis (CNPA)
Pasien CNPA biasanya memiliki penyakit struktural paru yang mendasari, misalnya penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Pasien akan memiliki keluhan seperti pneumonia yang tidak berespon dengan terapi antibiotik. Gejala mencakup demam, batuk, dan penurunan berat badan.[4,6]
Aspergillosis Invasif
Gejala aspergillosis invasif serupa dengan aspergillosis saluran napas lainnya, tetapi lebih berat dan berkembang dengan cepat. Gejala dapat berupa demam, batuk, sesak, nyeri dada pleuritik, dan hemoptisis. Aspergillosis invasif sering dialami pasien yang menerima transplantasi organ, seperti transplantasi sumsum tulang.
Pada resipien transplantasi, aspergillosis invasif biasanya berkaitan dengan neutropenia atau penggunaan steroid dosis tinggi. Pada pasien dengan leukemia dan limfoma, aspergillosis bisa terjadi akibat supresi sumsum tulang terkait kemoterapi. Selain itu, aspergillosis invasif juga semakin marak ditemukan pada pasien PPOK yang menerima kortikosteroid dosis tinggi.[4,6]
Pemeriksaan Fisik
Temuan pemeriksaan fisik pada pasien dengan aspergillosis bersifat non-spesifik. Pada ABPA, dapat ditemukan demam dan wheezing pada auskultasi paru. Saat pasien batuk, dapat ditemukan mucus plug.
Pada CNPA dan aspergillosis invasif, dapat ditemukan konsolidasi paru, hemoptisis, takipnea, dan hipoksemia.
Pada aspergilloma, bisa ditemukan hemoptisis. Selain itu, akan tampak tanda klinis dari penyakit yang mendasari, misalnya jari tabuh pada pasien cystic fibrosis.[4,6]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding aspergillosis perlu dipikirkan pada pasien dengan infiltrasi, kavitas, atau konsolidasi paru yang tidak diketahui sebabnya. Gejala aspergillosis bersifat tidak spesifik, tetapi biasanya kondisi ini hanya terjadi pada pasien dengan gangguan sistem imun atau penyakit struktural paru yang mendasari.
Asma
Gejala aspergillosis bisa menyerupai asma. Pasien asma juga lebih berisiko mengalami ABPA. Untuk membedakan kedua kondisi ini, dapat dilakukan pencitraan dimana dapat ditemukan adanya bronkiektasis, tree-in-bud, fleeting shadows, konsolidasi, dan fibrosis pada aspergillosis. Selain itu, dapat dilakukan pemeriksaan Aspergillus antigen.[13]
Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis paru merupakan diagnosis banding CNPA. Tuberkulosis paru dapat terjadi sebelum, setelah, atau bersamaan dengan CNPA. Terdapat beberapa kesamaan gejala yang ditemui antara tuberkulosis paru dan CNPA yang membuat kedua penyakit ini sulit dibedakan, seperti batuk kronis dan hemoptisis. Pemeriksaan dahak dapat mengonfirmasi adanya Mycobacterium tuberculosis.[14]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat bermanfaat pada aspergillosis mencakup pemeriksaan Aspergillus antigen, serologi, dan pencitraan. Dalam mendiagnosis aspergillosis, dokter perlu mempertimbangkan kondisi klinis keseluruhan dari pasien dan tidak bergantung hanya pada pemeriksaan penunjang saja.[4]
Aspergillus Antigen
Uji Aspergillus antigen akan positif pada pasien dengan ABPA. Uji ini dilakukan dengan uji cukit kulit atau intradermal yang dikatakan positif bila terjadi wheal and flare (bengkak kemerahan) pada area yang diuji.[4]
Pemeriksaan Serologi
Aspergillus precipitin atau Aspergillus-specific IgG dan IgE akan ditemukan positif pada pasien dengan ABPA. Selain itu, kadar serum indeks galactomannan dari sampel sputum atau dari serum plasma juga akan ditemukan meningkat.[4,5]
Pemeriksaan Laboratorium Lain
Pada pasien dengan ABPA, dapat ditemukan eosinofilia dan peningkatan kadar IgE.[4]
Pencitraan
Pada pencitraan, gambaran ABPA dapat sangat bervariasi, mulai dari infiltrat paru ringan hingga impaksi mukoid dan bronkiektasis sentral. CT Scan dapat bermanfaat menunjukkan bentuk bronkiektasis dan massa lobular dengan lebih baik. Selain itu, dapat pula ditemukan area atelektasis akibat obstruksi bronkus terkait impaksi mukus.
Pada aspergilloma, rontgen toraks menunjukkan adanya massa pada kavitas yang sudah terbentuk sebelumnya. Pemeriksaan CT Scan dapat memberikan definisi massa yang lebih baik di dalam kavitas serta mungkin menemukan beberapa aspergilloma pada area berbeda. Pemindaian dapat dilakukan dengan pasien dalam posisi terlentang dan tengkurap untuk menunjukkan pergerakan massa di dalam kavitas.
Pada aspergillosis invasif, gambaran rontgen toraks juga bisa bervariasi. Dapat ditemukan adanya nodul soliter atau multipel, kavitas, atau infiltrat alveolar yang terlokalisir atau bilateral dan lebih menyebar seiring perkembangan penyakit. CT Scan dapat menunjukkan tanda halo, yaitu area infiltrasi ground-glass di sekitar densitas nodular.[4]
Pemeriksaan Histologi
Histopatologi dan pewarnaan perak pada pasien dengan aspergillosis dapat menunjukan hifa bersepta yang bercabang dengan sudut lancip (45 derajat), infiltrasi inflamasi akut, serta nekrosis jaringan dengan granulomata dan invasi pembuluh darah.[4]