Pendahuluan Brucellosis
Brucellosis adalah penyakit zoonosis yang dapat disebabkan oleh bakteri Brucella. Transmisi pada manusia dapat terjadi melalui hewan yang terinfeksi, seperti sapi, kambing, domba, unta, dan babi. Media penularan adalah melalui konsumsi makanan yang terkontaminasi, misalnya produk mengandung susu yang tidak dipasteurisasi. Penularan juga dapat terjadi melalui kontak dengan cairan atau jaringan kontaminan.[1]
Penyakit ini juga dikenal dengan beberapa istilah lain, yaitu Mediterranean fever, Malta fever, Gibraltar fever, Crimean fever, gastric remittent fever, goat fever, undulant fever, dan Bang disease. Di Indonesia, brucellosis lebih dikenal dengan sebutan penyakit Keluron Menular.[1,2]
Pasien brucellosis bisa mengalami tanda dan gejala seperti demam, malaise, keringat dingin di malam hari, dan nyeri sendi. Penting untuk menggali riwayat yang relevan, seperti konsumsi produk susu yang tidak dimasak, paparan hewan pada area endemis, dan paparan lingkungan kerja. Penegakan diagnosis secara definitif dapat dilakukan melalui kultur darah atau jaringan tubuh dan peningkatan titer antibodi Brucella.[1,3,4]
Regimen tata laksana brucellosis akut pada orang dewasa adalah rifampicin 600-900 mg ditambah doxycycline 100 mg selama 6 minggu. Kombinasi terapi lain adalah doxycycline dengan gentamicin intramuskular selama 7 hari; ataupun kombinasi doxycycline dengan streptomycin selama 14 hari.[1,4-7]