Penatalaksanaan Disentri
Penatalaksanaan utama disentri adalah rehidrasi cairan untuk mencegah dehidrasi, menjaga keseimbangan elektrolit, dan pemberian antibiotik lini pertama. Apabila terjadi resistansi terhadap antibiotik lini pertama, dapat dipertimbangkan untuk memberikan antibiotik lini kedua.[1,4,6,10,11,19,23,24,27,28,30,32]
Rehidrasi
Pada kasus disentri, tubuh akan kehilangan cairan, elektrolit, dan zinc, yang disebabkan oleh terjadinya diare. Apabila hal ini tidak diimbangi dengan asupan cairan yang adekuat, maka tubuh akan mengalami dehidrasi. Derajat dehidrasi dapat ditentukan berdasarkan kondisi klinis pasien. Resusitasi cairan pada kasus disentri bergantung pada derajat dehidrasi yang dialami oleh pasien.
Berikut ini adalah pemberian cairan pada anak menurut panduan WHO:
Tanpa Dehidrasi
Pada kondisi ini pasien mengalami diare tetapi tidak disertai tanda dehidrasi. Pemberian cairan adalah sebagai berikut:
- usia <2 tahun: 50–100 ml setiap diare cair atau muntah
- usia >2 tahun: 100–200 ml setiap diare cair atau muntah
Dehidrasi Ringan Sedang
Pada derajat ini pasien tampak gelisah, mata cekung, minum kuat, dan turgor melambat. Resusitasi cairan pada derajat ini sebesar 75 ml/kg dalam 4 jam pertama. Setelah 4 jam kemudian evaluasi kembali status dehidrasi pasien untuk menentukan jenis terapi selanjutnya.
Dehidrasi Berat
Pada derajat ini pasien tampak lemas, mata cekung, respon minum kurang, turgor lambat. Pemberian cairan pada dehidrasi berat adalah sebesar 100 ml/kg, yang dapat dibagi menjadi:
- Usia <12 bulan: 30 ml/kg dalam 1 jam pertama, dilanjutkan 70 ml/kg dalam 5 jam berikutnya
- Usia 1–5 tahun : 30 ml/kg dalam 30 menit pertama, dilanjutkan 70 ml/kg dalam 2.5 jam berikutnya
Evaluasi pasien setiap 15–30 menit. Apabila sudah bisa minum, biasanya setelah 3-4 jam pada bayi dan 1–2 jam pada anak, pasien dapat diberikan cairan oral sebanyak 5 ml/kg/jam.[39]
Medikamentosa
Pemberian medikamentosa untuk disentri memerlukan penentuan antibiotik.
Disentri Basiler (Shigellosis)
Pemberian antibiotik berdasarkan usia dibagi menjadi dua kelompok, yakni untuk dewasa dan anak-anak. Pemberian antibiotik pada pasien dewasa bergantung pada faktor demografi dan resistansi. Antibiotik golongan fluorokuinolon direkomendasikan pada pasien yang tidak memiliki risiko resisten terhadap golongan sefalosporin generasi ketiga termasuk didalamnya pasien di Afrika, Asia, pasien yang melakukan perjalanan internasional, dan populasi laki-laki seks dengan laki-laki (LSL) yang menderita HIV.[4,6,10,11]
Tabel 1. Terapi Lini Pertama Disentri Basiler
Nama Obat | Dosis Dewasa | Dosis Anak | Durasi | Efek Samping |
Ciprofloxacin Per Oral
| 500 mg
| 15 mg/kg berat badan, diberikan 2x/hari dengan dosis maksimal 1 gram perhari | 3 hari | Mual Muntah Nyeri perut Diare Gatal |
Ceftriaxone Intramuscular | 1 hingga 2 gram Sekali per hari | 50–100 mg/kg berat badan, diberikan sehari sekali dengan dosis maksimal 1 gram perhari | 3 hari | Sakit kepala Mual Muntah Gatal |
Sumber : dr. Ghifara Huda, SE. 2021[3,4,7,11,35,40]
Ciprofloxacin diberikan secara peroral apabila kondisi pasien memungkinkan. Pada kondisi berat yang tidak memungkinkan untuk diberikan ciprofloxacin peroral, maka pemberian ceftriaxone secara intramuscular menjadi terapi pilihan.[3,4,7,11,40]
Chang, Zharoui et al melakukan studi di Tiongkok dalam kurun waktu 2004 hingga 2014, dengan metode analisis data surveilans yang didapatkan dari sistem pelaporan infeksi nasional dan sistem surveilans rumah sakit. Secara keseluruhan, terdapat 3 juta kasus disentri dalam kurun waktu tersebut.
Selain itu, dilaporkan adanya resistansi antibiotik seperti nalidixic acid sebanyak 2,76 juta (89.13%), ampicillin sebanyak 2.67 juta (88,90%), tetrasiklin sebanyak 2.65 juta (88.43%), sulfamethoxazole sebanyak 2,48 juta (82,92%). Bahkan untuk antibiotik yang termasuk lini pertama, yakni ciprofloxacin, terjadi peningkatan resistansi, yang sebelumnya sebanyak 255 ribu (8,53%) di tahun 2004 menjadi 1,4 juta (44,65%) di tahun 2014.[41]
Apabila terdapat resistansi, kontraindikasi, dan tidak ada perbaikan kondisi selama lebih dari 48 jam pada pengobatan lini pertama, selanjutnya pasien diberikan terapi lini kedua yang terdiri atas azithromycin dan cefixime.[3,4,7,11,40]
Tabel 2. Terapi Lini Kedua Disentri Basiler
Nama Obat | Dosis Dewasa | Dosis Anak | Durasi | Efek Samping |
Azithromycin Per Oral
| 500 mg diberikan pada hari pertama, selanjutnya pada hari ke 2 hingga hari ke 5 diberikan 250 mg | 12 mg/kg berat badan diberikan pada hari pertama, selanjutnya pada hari ke 2 hingga ke 5 diberikan 6 mg/kg Berat badan | 5 hari | Konstipasi Mual Muntah Tinnitus |
Cefixime Per Oral
| 400 mg diberikan sehari sekali | 8 mg/kg Berat Badan diberikan sehari sekali dengan pemberian maksimal 400 mg perhari. | 5 hari | Nausea Sakit kepala Pusing Gatal |
Pivmecillinam Per Oral | 100 mg diberikan 4 kali sehari | 20 mg/kg Berat Badan diberikan 4 hari sekali | 5 hari | Diare Sakit kepala |
Sumber : dr. Ghifara Huda, SE. 2021.[3,4,7,11,40]
Disentri Amuba (Amebiasis)
Infeksi akibat amebiasis umumnya terjadi secara asimtomatik atau tanpa gejala di mana tujuan diberikan terapi ini adalah untuk menurunkan resiko transmisi dan mencegah perkembangan penyakit sehingga tidak lebih parah.[27,30,42,43]
Tabel 1. Tata Laksana Disentri Amuba Asimtomatik
Obat | Dosis Dewasa | Dosis Anak | Durasi | Efek Samping |
Paromomycin | 25 hingga 35 mg / kg berat badan / hari, dosis dibagi menjadi 3 yang diminum bersamaan saat makan | 25 hingga 35 mg / kg berat badan, dosis dibagi menjadi 3 dan diminum bersamaan dengan makanan | 5 hingga 10 hari | Mual, muntah, diare |
Iodoquinol | 630 hingga 650 mg diminum 3 kali | 10 hingga 13,3 mg per kilogram berat badan | 20 hari | Nyeri kepala, mual dan muntah |
Diloxanide Furoate | 500 mg diberikan 3 kali sehari | Pada anak dengan berat badan lebih dari 25 kg dosis yang diberikan 20 mg/ kg Berat badan / hari yang dibagi menjadi 3 dosis | 10 hari | Mual, muntah, pruritus, urtikaria dan anoreksia |
Sumber : dr. Ghifara Huda, SE.[27,30,42,43]
Pada kasus yang berat, amebiasis dapat menjadi invasif dan menyerang ke organ lain semisal kolon dan hepar, oleh karena itu diperlukan pengobatan yang intensif. Metronidazole merupakan terapi utama pada pengobatan amebiasis invasif, baik yang menyerang kolon maupun hepar.[27,42-44]
Tabel 2. Tata Laksana Amebiasis Invasif (Colitis Amebiasis dan Hepatic Amebiasis)
Obat | Dosis Dewasa | Dosis Anak | Durasi | Efek Samping |
Metronidazole | 500 hingga 750 mg, diminum 3 kali sehari | 35 hingga 50 mg / kg Berat badan/ hari dibagi menjadi 3 dosis | 5 hingga 10 hari | Mual muntah, nyeri perut, gatal |
Tinidazole | 2 gram diberikan sekali sehari
| 50 mg /kg Berat badan / hari pada anak usia lebih dari 3 tahun | 3 hingga 5 hari | Mual muntah, gatal |
Ornidazole | 0,5 gram diberikan sekali sehari | 25 mg / kg berat badan perhari | 5 hingga 10 hari | Sakit kepala, nausea, mual muntah, vertigo, gangguan pada kulit semisal gatal |
Sumber : dr. Ghifara Huda, SE.[27,42-44]
Terapi Suportif
Pada disentri terjadi diare yang menyebabkan kehilangan cairan dan nutrisi. Oleh karena itu, diperlukan pemberian nutrisi dan rehidrasi. Untuk pemberian nutrisi dapat diberikan suplemen makanan seperti zinc.
Zinc merupakan nutrisi yang memiliki peran dalam tatalaksana diare karena membantu proses transpor ion, menstimulasi tumbuh kembang enterosit, menurunkan permeabilitas usus dan regulasi stres oksidatif, serta peradangan yang terjadi di saluran pencernaan.
Dosis pemberiannya pada anak usia 6 bulan hingga 5 tahun adalah 20 mg yang diberikan sekali sehari selama 10 hingga 14 hari. Sementara itu, untuk anak usia kurang dari 6 bulan diberikan dosis zinc sebesar 10 mg.[5,11,12,28,45,46]
Tindakan Pembedahan
Tindakan pembedahan diperlukan pada keadaan nyeri abdomen akut yang diikuti oleh adanya tanda seperti kolitis amebiasis dengan perforasi, perdarahan berat pada saluran pencernaan, toxic megacolon, kecurigaan adanya abses hepar, terapi metronidazole tidak berhasil setelah 4 hari pemberian, emphysema setelah adanya ruptur pada amebiasis hepar, abses hepar yang masif dan berisiko terjadinya ruptur di perikardium, dan pasien dengan kondisi sakit berat akibat infeksi bakteri luas pada abses hepar.[27,28,42-44]
Terapi Adjuvant
Paracetamol per oral dapat diberikan pada disentri yang mengalami nyeri ataupun demam. Sedangkan pemberian obat anti motilitas seperti loperamide, paregoric, atau diphenoxylate tidak direkomendasikan karena akan memperburuk infeksi yang terjadi.[3,5,11,12,23,24,28,27,30]
Direvisi oleh: dr. Andrea Kaniasari