Edukasi dan Promosi Kesehatan Spondilitis Tuberkulosis
Pengobatan spondilitis tuberkulosis (TB) memerlukan waktu cukup lama dan sering menyebabkan efek samping yang menjadi dasar putus pengobatan, sehingga edukasi dan promosi kesehatan perlu dilakukan untuk memastikan pasien menyelesaikan terapi sampai dinyatakan sembuh.[2,6,10,15]
Edukasi Pasien
Kebanyakan pasien mengaitkan tuberkulosis dengan gejala saluran napas. Pada pasien dengan spondilitis TB, sampaikan bahwa tuberkulosis menyebabkan infeksi pada tulang belakang. Jelaskan pada pasien bahwa spondilitis TB dapat menyebabkan nyeri punggung yang kemudian bisa berkembang menjadi komplikasi signifikan, seperti kifosis dan paraplegia.
Jelaskan pada pasien bahwa terapi yang digunakan adalah obat antituberkulosis, seperti rifampicin, isoniazid, pyrazinamide, dan ethambutol. Pengobatan harus dilakukan sampai regimen selesai. Edukasi pasien bahwa terapi bisa berlangsung selama 6-24 bulan. Jelaskan pula potensi efek samping dari obat antituberkulosis (OAT). Minta pasien untuk berkonsultasi pada petugas kesehatan dan tidak menghentikan terapi secara sepihak.
Sampaikan pada pasien bahwa pembedahan mungkin diperlukan apabila spondilitis TB menyebabkan komplikasi seperti abses dan instabilitas spinal. Jelaskan bahwa mayoritas kasus memiliki luaran yang baik, tetapi adanya faktor seperti intoleransi OAT dan imunodefisiensi dapat memperburuk luaran klinis.[2,6,10,15]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Kebanyakan kasus spondilitis TB berasal dari penyebaran hematogen tuberkulosis paru. Oleh sebab itu, pencegahan terhadap tuberkulosis paru memegang peranan penting dalam upaya pencegahan spondilitis TB. Lakukan penyuluhan mengenai penerapan hygiene yang baik, termasuk menutup mulut dan hidung ketika batuk atau bersin. Edukasi pula masyarakat untuk menjaga ventilasi dan pencahayaan matahari di ruangan yang baik.
Pasien dengan tuberkulosis paru harus menjalani terapi adekuat. Pemantauan tuberkulosis paru perlu mencakup penyebaran infeksi Mycobacterium tuberculosis pada organ ekstra paru, termasuk tulang belakang.[2,6,10,15]
Vaksinasi
Suatu penelitian menemukan bahwa pemberian vaksin BCG menurunkan risiko infeksi tuberkulosis hingga 51% dibandingkan jika tidak mendapatkan vaksin BCG. Selain itu, vaksinasi BCG juga secara bermakna menurunkan risiko kematian akibat tuberkulosis hingga 71%.[6,10,15]
Penulisan pertama oleh: dr. Gisheila Ruth Anggitha