Epidemiologi Taeniasis
Data mengenai epidemiologi taeniasis mungkin tidak menggambarkan infeksi oleh Taenia sp. yang sebenarnya, karena banyak infeksi yang bersifat asimptomatis. Secara umum, prevalensi taeniasis lebih banyak ditemukan di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Global
Pada tahun 2010, ditemukan sekitar 300.000 orang di seluruh dunia terinfeksi Taenia solium. [11] Infeksi Taenia solium lebih banyak ditemukan pada negara-negara berkembang seperti negara-negara di Afrika, Asia, dan Amerika latin. Sementara itu, infeksi Taenia saginata lebih sporadik dan dapat ditemukan di negara-negara maju di Eropa, Selandia Baru, dan Australia. [12]
Meta analisis yang dilakukan oleh Coral, et al. menilai seroprevalensi antigen Taenia solium melalui pemeriksaan antibodi monoklonal dengan metode ELISA dan atau EITB (enzyme-linked immunoelectrotransfer blot) di negara-negara yang dianggap endemis taeniasis. Dari 37 studi yang berhasil dikumpulkan, didapatkan bahwa prevalensi antigen Taenia solium di negara-negara Afrika, Amerika Latin, dan Asia secara berurutan adalah 7,30%, 4,08%, dan 3,98%. Angka seroprevalensi untuk Taenia solium di negara-negara tersebut secara berurutan adalah 17,37%, 13,03%, dan 15,68%. [13]
Prevalensi infeksi Taenia saginata di negara-negara Timur Tengah dan Afrika Utara berdasarkan pemeriksaan mikroskopik adalah 0,02–8,6%. Angka tersebut didapatkan dari meta analisis 58 studi dari 11 negara. [14]
Indonesia
Berdasarkan data WHO pada tahun 2015, Indonesia merupakan salah satu negara endemis Taenia solium. Daerah yang paling banyak mengalami infeksi Taenia sp. adalah Papua, Bali, dan pulau Samosir di Sumatra Utara. Daerah ini dinilai sering mengkonsumsi daging babi dan daging sapi yang tidak matang. [8,15] Tanea solium merupakan parasit yang dapat menyebabkan meningitis.
Papua adalah salah satu daerah di Indonesia yang banyak mengonsumsi daging babi. Hasil laporan survei kesehatan daerah di Papua melaporkan bahwa distribusi taeniasis di empat kabupaten di Papua (Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten Paniai, Kabupaten Pegunungan Bintang, dan Kabupaten Puncak Jaya) berkisar antara 1,6-10,2%. [16]
Infeksi Taenia saginata lebih banyak ditemukan di provinsi Bali, terutama di Kabupaten Gianyar. Selama tahun 2002-2009, ditemukan 80 kasus taeniasis akibat Taenia saginata dan 84% kasus didapatkan di kabupaten Gianyar. [17]