Etiologi Gangguan Makan (overview)
Etiologi dari gangguan makan diduga berhubungan dengan faktor sosiokultural, seperti bentuk tubuh ideal yang kurus, psikologis, misalnya tipe kepribadian perfeksionais dan biologis, misalnya berkaitan dengan serotonin. Gangguan psikologis yang terjadi selama masa kanak-kanan juga dapat berperan dalam terjadinya gangguan makan.[1,3]
Etiologi
Etiologi gangguan makan multifaktorial, di antaranya berhubungan dengan faktor biologis, psikologis, perkembangan, dan sosiokultural.[4]
Faktor Sosiokultural
Masyarakat seringkali beranggapan bahwa bentuk tubuh kurus dianggap lebih baik, terutama bagi wanita. Hal ini mengakibatkan populasi wanita lebih berisiko terkena berbagai gangguan makan, seperti anoreksia nervosa, bulimia nervosa, dan orthorexia nervosa. Iklan-iklan di media juga diduga berperan pada prevalensi gangguan makan yang terus meningkat secara global.[4,6]
Faktor Biologis
Berbagai bukti klinis menunjukkan adanya peranan herediter pada gangguan makan. Pada saudara kembar, terdapat risiko sebesar 50% untuk mengalami gangguan makan bila salah satu anak kembar mengalami gangguan. Faktor neurobiologis, seperti serotonin juga berperan dalam nafsu makan dan regulasi mood.[4,6]
Faktor Psikologis
Tipe kepribadian tertentu, misalnya perfeksionis, impulsif, novelty-seeking, obsesif kompulsif, dan neuroticism merupakan beberapa tipe kepribadian yang sering dikaitkan dengan gangguan makan.[4,6]
Faktor Perkembangan
Gangguan psikologis yang terjadi selama perkembangan juga dapat memengaruhi terjadinya gangguan makan. Contoh gangguan psikologis dapat berupa kekerasan seksual di masa kanak-kanak.[4,6]
Faktor Risiko
Faktor risiko gangguan makan mencakup berbagai pengaruh sosiokultural, di antaranya paparan media, tekanan untuk bentuk tubuh ramping dan ideal, faktor kepribadian, dan perfeksionisme. Faktor risiko lainnya adalah mempunyai orang tua yang mengalami gangguan makan.
Faktor risiko gangguan makan lain adalah internalisasi bentuk tubuh yang kurus sebagai ideal, ketidakpuasan dengan bentuk tubuh, diet berlebihan, makan berlebihan, dan riwayat gangguan mental. Gangguan makan yang timbul akan diperburuk oleh harapan untuk menjadi kurus, penolakan terhadap dampak dan beban akibat usahanya untuk kurus, dan puasa yang berlebihan.
Penelitian oleh Anja et al menemukan besarnya peran keluarga dalam timbulnya gangguan makan. Mereka melaporkan faktor risiko gangguan makan adalah afek negatif, perfeksionisme, diet dalam keluarga, kebiasaan makan berlebihan dalam keluarga, masalah pengasuhan maternal, keluarga yang tidak harmonis, masalah pengasuhan paternal, tuntutan orang tua yang tinggi, mood orang tua, gangguan penyalahgunaan zat pada orang tua, dan kekerasan fisik.[4,8,9]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra