Prognosis Gangguan Obsesif Kompulsif
Prognosis gangguan obsesif kompulsif menunjukkan bahwa umumnya gangguan ini akan berlangsung kronik. Bahkan, tanpa intervensi kondisi ini dapat berlangsung sampai puluhan tahun. [2,12] Terdapat bukti epidemiologi yang menunjukkan bahwa umumnya pasien dengan gangguan obsesif kompulsif menunda sampai 11 tahun sebelum mencari pertolongan medis.[4]
Komplikasi
Gangguan obsesif kompulsif seringkali menimbulkan dampak psikososial. Gangguan atau distress yang timbul akibat gangguan obsesif kompulsif bisa menimbulkan masalah dalam hubungan keluarga dan hubungan interpersonal. Kompulsi juga sering menyebabkan ketidakmampuan untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan, sehingga menimbulkan masalah di tempat kerja atau sekolah. Karena gejala-gejalanya yang menghabiskan banyak waktu, seringkali gangguan ini juga menimbulkan penurunan kualitas hidup signifikan dan ketidakmampuan untuk berfungsi optimal dalam kehidupan sehari-hari.[2,5]
Dalam perjalanannya, seringkali pasien dengan gangguan obsesif kompulsif mempunyai pikiran-pikiran bunuh diri atau gejala-gejala gangguan mental lain. Gangguan psikiatri komorbid yang paling banyak ditemukan adalah gangguan cemas, termasuk gangguan panik, fobia sosial, fobia spesifik, dan gangguan stress pasca trauma (PTSD). [2,5] Gangguan obsesif kompulsif pada anak-anak juga meningkatkan risiko timbulnya attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) dan gangguan tic.[8]
Studi telah menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara gangguan obsesif kompulsif dengan pemikiran dan perilaku bunuh diri. Oleh karenanya, pendekatan terkait deteksi risiko bunuh diri perlu dilakukan. [14] Pasien dengan gangguan obsesif kompulsif juga dilaporkan memiliki kecenderungan untuk melakukan percobaan bunuh diri. [15] Riwayat percobaan bunuh diri sebelumnya adalah prediktor kematian akibat bunuh diri. Risiko akan meningkat pada pasien dengan komorbiditas gangguan kepribadian atau penyalahgunaan zat.[16]
Beberapa jenis kompulsi bisa menimbulkan konsekuensi fisik yang signifikan. Misalnya pasien dengan obsesi kontaminasi kuman di tangan dan perilaku kompulsi berupa mencuci tangan berulang-ulang bisa mengalami dermatitis kontak di kedua tangannya.[1]
Prognosis
Adanya farmakoterapi dan psikoterapi spesifik yang dikembangkan untuk gangguan obsesif kompulsif membuat prognosis gangguan ini menjadi relatif baik. Gangguan obsesif kompulsif tidak bisa dihilangkan sepenuhnya, namun tingkat gangguan terhadap fungsi bisa diminimalkan.[1]
Bila tidak ditangani, biasanya gangguan ini akan berlangsung kronik, seringkali terdapat episode-episode dimana gejala memburuk dan membaik, dan hanya sedikit yang mengalami deteriorasi. Angka remisi kurang dari 20% bila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat. Awitan yang lebih awal berhubungan dengan angka remisi yang lebih rendah. Hal ini karena awitan yang lebih awal akan menghalangi kemampuan anak atau remaja untuk mendapatkan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan dalam fungsi normal sehari-hari.[2,4]