Pendahuluan Gangguan Stres Akut
Gangguan stres akut atau acute stress disorder (ASD) adalah reaksi psikis yang intens, tidak menyenangkan, dan disfungsional yang dimulai segera setelah peristiwa traumatik dan berlangsung selama kurang dari 1 bulan. Jika gejala bertahan lebih dari 1 bulan, maka diagnosis yang tepat adalah post traumatic stress disorder (PTSD).
Paparan kejadian traumatik yang bisa menyebabkan gangguan stres akut antara lain kecelakaan kendaraan bermotor, penyakit keras, luka bakar, ataupun bencana alam. Diagnosis gangguan stres akut dapat membantu mengidentifikasi pasien mana yang terpapar trauma dan lebih berisiko mengalami posttraumatic stress disorder (PTSD). Hal ini akan bermanfaat untuk memberikan intervensi dini pada populasi tersebut.[11,12]
Mekanisme terjadinya gangguan stres akut belum diketahui secara pasti. Teori maladaptasi terhadap pengondisian rasa takut (fear conditioning) dan kegagalan mekanisme extinction learning diperkirakan mendasari terjadinya gangguan stres akut. Kondisi ini lebih rentan dialami oleh individu dengan tingkat pendidikan lebih rendah, memiliki riwayat peristiwa traumatik sebelumnya, riwayat penyakit psikiatri, atau gangguan kepribadian.[1,2]
Diagnosis gangguan stres akut ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis DSM-5 yang meliputi riwayat paparan terhadap peristiwa traumatic, disertai minimal 9 gejala tambahan yang termasuk dalam kelompok gejala intrusif, mood negatif, gejala disosiatif, gejala menghindar (avoidance), dan gejala peningkatan kewaspadaan. Durasi gejala harus berkisar antara 3 hari sampai 4 minggu dan menyebabkan gangguan fungsional signifikan yang tidak berkaitan dengan penyalahgunaan obat atau kondisi medis lain.[1-3]
Penatalaksanaan gangguan stres akut bertujuan untuk mengurangi gejala dan mencegah perkembangan menjadi PTSD. Penatalaksanaan utama adalah cognitive-behavioral therapy (CBT) yang berfokus pada trauma. Metode ini berfokus pada kemampuan mengendalikan gejala, mengenali dan mengendalikan gejala yang menyimpang, serta terapi paparan (exposure therapy). Saat ini belum ada bukti ilmiah yang cukup untuk merekomendasikan terapi medikamentosa pada gangguan stres akut. Karena dianggap memiliki banyak kemiripan, terapi medikamentosa yang digunakan pada gangguan stres akut umumnya mengacu pada hasil penelitian pada pasien PTSD.[1,4,15]