Diagnosis Gangguan Stres Akut
Diagnosis gangguan stres akut atau acute stress disorder (ASD) ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis DSM-5. Pasien dengan gangguan stres akut akan memiliki riwayat kejadian traumatik yang kemudian menyebabkan pikiran intrusif, mengganggu, dan ansietas. Gejala-gejala tersebut menetap selama 3 hari sampai 1 bulan setelah paparan. Jika gejala melebihi 1 bulan, maka diagnosis kemungkinan mengarah ke post traumatic stress disorder (PTSD).[1,2]
Anamnesis
Anamnesis berfokus untuk mengidentifikasi gejala-gejala yang timbul sebagai respon emosional akibat peristiwa traumatik. Informasi terkait riwayat paparan terhadap peristiwa traumatik, jenis peristiwa traumatik, dan hubungan kausalitas antara peristiwa traumatik dengan gejala saat ini dapat diperoleh melalui alloanamnesis dengan keluarga. Gejala pada gangguan stres akut berlangsung selama kurang dari 30 hari. Apabila gejala lebih dari 1 bulan, maka kemungkinan pasien mengalami PTSD.
Pasien umumnya menunjukan gejala intrusif, dimana terdapat flashback atau mimpi buruk sehingga pasien sering merasakan seolah-olah mengalami kembali peristiwa traumatik. Beberapa gejala yang sering muncul sebagai respon terhadap peristiwa traumatik adalah:
- Reaksi emosional: kesedihan, kecemasan, rasa marah, rasa bersalah, kehilangan kemampuan untuk merasakan kesenangan
- Reaksi kognitif: sulit berkonsentrasi, sulit mengambil keputusan, munculnya ingatan tentang peristiwa masa lalu, kebingungan dan disorientasi
- Reaksi fisik: gangguan tidur, kelelahan, iritabilitas, peningkatan kewaspadaan, nyeri, berdebar, dan penurunan napsu makan serta libido
- Reaksi interpersonal: rasa tidak percaya, menarik diri dari pergaulan, merasa ditolak atau dicampakkan[1,2,8]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi kondisi umum pasien serta pemeriksaan status mental. Pemeriksaan fisik juga bertujuan untuk menyingkirkan kemungkinan penyebab medis lain yang menimbulkan gejala pada pasien. Gejala fisik yang dapat ditemukan antara lain takikardia, berkeringat, tremor, dan agitasi.
Pada pemeriksaan status mental dapat ditemukan hasil sebagai berikut:
- Kondisi umum: pasien menunjukkan tanda-tanda perawatan diri yang buruk
- Afek dan mood: pasien mungkin tampak sedih, cemas, mudah terangsang, apatis, atau marah
- Isi pikiran: pasien menunjukkan rasa tidak berdaya, rasa tidak percaya, kebingungan, rasa rendah diri, atau pikiran yang berkaitan dengan peristiwa traumatik
- Persepsi: mungkin ditemukan halusinasi visual atau auditori yang berhubungan dengan peristiwa traumatik. Pasien mungkin merasa apa yang terjadi padanya tidak nyata dan menyangkal kenyataan.
Pikiran atau percobaan bunuh diri dapat ditemukan pada 54% pasien dengan gangguan stres akut[1,9]
Kriteria Diagnosis Berdasarkan DSM-5
Diagnosis gangguan stres akut didasarkan pada riwayat paparan terhadap peristiwa traumatik yang sesuai dengan kriteria diagnosis dan disertai minimal 9 gejala yang berhubungan dengan peristiwa traumatik. Berikut ini adalah kriteria peristiwa traumatik dan gejala-gejala yang mendukung diagnosis gangguan stres akut:
Paparan Terhadap Peristiwa Traumatik
Peristiwa traumatik yang dimaksud pada kriteria diagnosis DSM-5 meliputi peristiwa yang menyebabkan kematian, ancaman kematian, cedera serius, atau kekerasan seksual. Peristiwa traumatik yang dialami harus memenuhi setidaknya satu karakteristik di bawah ini:
- Pasien mengalami secara langsung peristiwa traumatik tersebut
- Pasien menyaksikan secara langsung peristiwa traumatik tersebut terjadi pada orang lain
- Pasien mengetahui peristiwa traumatik tersebut terjadi pada anggota keluarga atau kerabat dekat
- Pasien mengalami paparan berulang atau ekstrem terkait detail yang tidak menyenangkan tentang peristiwa traumatik tersebut
Sebagai catatan, paparan melalui media digital seperti gambar atau televisi tidak memenuhi kriteria diagnosis.
Gejala Intrusif
Berikut ini adalah gejala yang termasuk dalam kelompok gejala intrusif:
- Ingatan yang berkaitan dengan peristiwa traumatik yang muncul berulang, tidak dapat dikendalikan, dan menimbulkan distres pada pasien
- Mimpi buruk yang muncul secara berulang dan berhubungan dengan peristiwa traumatik
- Reaksi disosiatif termasuk flashback, dimana pasien merasa seolah-olah mengalami kembali peristiwa traumatik
- Distres psikologis yang berat atau berkepanjangan serta reaksi psikologis yang jelas terhadap stimulus internal maupun eksternal yang menyerupai aspek dari peristiwa traumatik
Perubahan Mood
Yang termasuk dalam gejala perubahan mood adalah:
- Pasien cenderung selalu menunjukkan mood negatif dan tidak dapat merasakan mood atau emosi positif seperti rasa bahagia, cinta, atau kepuasan
Gejala Disosiatif
Yang termasuk gejala disosiatif adalah:
- Memiliki persepsi yang berbeda dengan realitas tentang diri sendiri atau lingkungan
- Ketidakmampuan mengingat aspek penting dari peristiwa traumatik. Biasanya disebabkan oleh amnesia disosiatif dan tidak berkaitan dengan cedera kepala atau penyalahgunaan obat
Perilaku Menghindar
Yang termasuk dalam perilaku menghindar adalah:
- Upaya untuk menghindar dari ingatan, pikiran, atau perasaan yang menimbulkan distres atau berkaitan dengan peristiwa traumatik
- Upaya untuk menghindari stimulus eksternal seperti orang, tempat, aktivitas, atau situasi yang memicu munculnya ingatan, pikiran, atau perasaan tentang peristiwa traumatik
Gejala Peningkatan Kewaspadaan
Yang termasuk gejala peningkatan kewaspadaan adalah:
- Gangguan tidur seperti sulit memulai tidur, bertahan tetap tidur, atau gelisah saat tidur
- Perilaku iritatif atau luapan kemarahan, dengan provokasi minimal atau tanpa provokasi, yang umumnya diekspresikan sebagai agresi verbal atau fisik terhadap orang atau objek
- Peningkatan kewaspadaan yang berlebihan
- Gangguan konsentrasi
- Respon kaget yang berlebihan
Penegakan Diagnosis
Untuk memenuhi kriteria diagnosis gangguan stres akut, gejala-gejala yang timbul harus memiliki durasi antara 3 hari sampai 1 bulan setelah paparan peristiwa traumatik. Gejala yang dialami juga harus menyebabkan gangguan yang signifikan pada fungsi sosial, pekerjaan, atau aspek penting lainnya dan bukan disebabkan oleh kondisi medis lain, gangguan psikotik atau penyalahgunaan zat.[5]
Instrumen Evauasi
Terdapat beberapa instrumen yang dapat membantu menilai adanya gangguan stres akut:
The Stanford Acute Stress Reaction Questionnaire: dilaporkan pasien secara mandiri, terdiri dari 30 poin
The Acute Stress Disorder Interview (ASDI): digunakan untuk melakukan wawancara terstruktur, berisi 19 pertanyaan. Instrumen ini dilaporkan memiliki sensitivitas 91% dan spesifisitas 93%.
The Acute Stress Disorder Scale: digunakan untuk penapisan, dilaporkan secara mandiri oleh pasien[11,13]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding gangguan stres akut yang harus dipertimbangkan antara lain gangguan penyesuaian, post traumatic stress disorder, gangguan psikotik akut, dan cedera otak traumatik.
Gangguan Penyesuaian
Pasien dengan gangguan penyesuaian mungkin menunjukkan gejala yang sama dengan gangguan stres akut. Perbedaan pada kedua kondisi tersebut adalah pencetus timbulnya gejala yang muncul. Gangguan penyesuaian dicetuskan oleh perubahan signifikan pada salah satu aspek kehidupan seperti kelahiran anak, kehilangan pekerjaan, mengalami penyakit serius, atau perceraian.
Berbeda dengan peristiwa traumatik yang mencetuskan gangguan stres akut. Respon yang muncul pada gangguan penyesuaian umumnya berupa perenungan atau penyesalan akibat kejadian sebelumnya dan bukan gejala intrusif seperti pada gangguan stres akut.[2,9]
Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD)
Gejala pada gangguan stres akut terjadi dalam jangka waktu 3 hari sampai 1 bulan setelah paparan kejadian traumatik dan hanya memiliki durasi 1 bulan. Jika gejala gangguan stres akut menetap sampai lebih dari 1 bulan maka termasuk dalam diagnosis PTSD.[2,9]
Tinjauan sistematik pada 22 studi longitudinal yang melibatkan 3335 partisipan menunjukkan bahwa 40-805 pasien dengan gangguan stres akut akan berkembang menjadi PTSD.[12]
Gangguan Psikotik Akut
Flashback yang dialami oleh pasien dengan gangguan stres akut harus dibedakan dengan ilusi, halusinasi, atau gangguan persepsi lain yang mungkin terjadi pada pasien dengan gangguan psikotik, seperti schizophrenia. Hal tersebut dapat dibedakan jika flashback yang dialami pasien memang berhubungan secara langsung dengan peristiwa traumatik yang pernah dialaminya. Adanya gejala psikotik lain atau tanda-tanda penyalahgunaan obat dan zat perlu dicermati pada pasien.[2,9]
Gangguan Panik
Gangguan panik berbeda dengan gangguan stres akut karena awitannya mendadak dan tidak didahului adanya paparan terhadap kejadian traumatik. Gangguan panik dapat menyebabkan pasien mengalami ansietas persisten dan gejalanya sering rekuren.[11]
Cedera Otak Traumatik
Pasien dengan cedera otak traumatik dapat menunjukkan gejala gangguan stres akut karena peristiwa yang menyebabkan terjadinya cedera kepala juga dapat termasuk ke dalam peristiwa traumatik. Gejala neurokognitif akibat cedera otak traumatik dan gejala gangguan stres akut seringkali tumpang tindih.
Adanya flashback dan perilaku menghindar terhadap hal-hal yang berkaitan dengan peristiwa traumatik merupakan ciri khas dari gangguan stres akut yang tidak disebabkan oleh gangguan organik akibat cedera otak traumatik. Sementara, disorientasi, kebingungan, dan gangguan neurokognitif yang menetap lebih spesifik terhadap cedera otak traumatik dibandingkan gangguan stres akut.[2,9]
Pemeriksaan Penunjang
Tidak diperlukan pemeriksaan penunjang yang spesifik untuk menegakkan diagnosis gangguan stres akut, kecuali jika dianggap bermanfaat untuk menyingkirkan diagnosis banding. Contohnya adalah pemeriksaan kadar obat atau zat pada kasus pasien yang dicurigai mengalami penyalahgunaan.