Pendahuluan Intoksikasi Zat Psikoaktif
Intoksikasi zat psikoaktif merupakan suatu kondisi transien yang terjadi setelah konsumsi zat psikoaktif seperti alkohol, opioid, inhalan, stimulan, dan halusinogen. Intoksikasi zat psikoaktif menyebabkan timbulnya gangguan pada tingkat kesadaran, kognisi, persepsi, perilaku atau afek, serta fungsi dan respon psikofisiologis lainnya.
Intoksikasi biasanya merupakan kejadian akut yang efek dan intensitasnya akan menurun seiring waktu, dan akhirnya akan menghilang sama sekali bila penggunaan zat tidak dilanjutkan. Zat yang sering menimbulkan intoksikasi antara lain alkohol, ganja, opiat, dan benzodiazepine. Namun, zat psikoaktif lain seperti inhalan, stimulan, halusinogen, dan new psychoactive substances (NPS, misalnya katinon, kanabinoid sintetis) juga bisa menimbulkan intoksikasi.[1,2]
Intoksikasi zat psikoaktif bisa menimbulkan gejala seperti mengamuk, bicara melantur, halusinasi, dan perubahan kesadaran. Pasien juga bisa mengalami gejala psikotik seperti halusinasi dan delusi. Pada pemeriksaan fisik bisa ditemukan nistagmus, bibir kering, takikardia, pupil miosis, dan hipotermia. Pemeriksaan laboratorium urin bisa membantu mengidentifikasi zat yang menyebabkan intoksikasi.[1]
Manajemen intoksikasi zat psikoaktif secara umum sama seperti penanganan kasus kegawatan lain, yaitu dimulai dengan stabilisasi hemodinamik pasien. Pemberian obat disesuaikan dengan zat yang menimbulkan intoksikasi atau sesuai dengan gejala yang ditunjukkan. Contohnya adalah pemberian naloxone pada pasien dengan intoksikasi opioid. Selebihnya cukup diberikan terapi suportif karena umumnya gejala akan mereda seiring waktu.[1,2]