Epidemiologi Tobacco Use Disorder
Data epidemiologi menunjukkan bahwa tobacco use disorder menjadi penyebab tidak langsung dari 5 juta kematian setiap tahun, terutama karena penyakit-penyakit yang berhubungan dengan perilaku merokok. Gangguan ini juga menyebabkan usia kematian yang lebih muda.[7,8]
Global
Data epidemiologi global menunjukkan bahwa jumlah perokok laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan, yakni sekitar 24,8% laki-laki adalah perokok dan sekitar 14,2% perempuan adalah perokok. Di Amerika Serikat, sekitar 19,3% penduduk berusia di atas 18 tahun merokok atau menggunakan produk nikotin.
Prevalensi merokok pada setiap kelompok umur berbeda-beda. Pada usia 18-24 tahun, prevalensi merokok dilaporkan sekitar 18,3%. Sementara itu, pada usia 25-44 tahun sekitar 22,5%, usia 45-64 tahun sekitar 21,3%, dan pada lansia di atas 65 tahun turun menjadi 11%.[7]
Indonesia
Hasil Global Adult Tobacco Survey (GATS) oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada tahun 2021 menunjukkan adanya penambahan jumlah perokok dewasa sebanyak 8,8 juta orang dalam 10 tahun, yaitu dari 60,3 juta pada 2011 menjadi 69,1 juta perokok pada 2021. Meski demikian, hasil survei menunjukkan bahwa sebenarnya prevalensi merokok di Indonesia mengalami penurunan dari 1,8% menjadi 1,6%.[10]
Di antara perokok di Indonesia, prevalensi terbesar ditemukan pada remaja yang mencapai 19,2%.[11]
Mortalitas
Tembakau adalah salah satu ancaman kesehatan masyarakat terbesar di seluruh dunia. Konsumsi tembakau dikaitkan dengan lebih dari 8 juta kematian per tahun, termasuk sekitar 1,2 juta kematian akibat paparan rokok pasif.[6]
Perokok memiliki angka harapan hidup 10 tahun lebih pendek dibandingkan bukan perokok. Pria yang merokok mengalami peningkatan risiko kematian akibat bronkitis dan emfisema sebanyak 17 kali lipan. Risiko kematian terkait kanker trakea, kanker paru, dan kanker bronkus juga meningkat sebanyak lebih dari 23 kali. Tidak hanya itu, merokok meningkatkan risiko kematian akibat penyakit jantung koroner hampir 4 kali lipat.[16]