Patofisiologi Nyeri Punggung Bawah
Patofisiologi nyeri punggung bawah berkaitan dengan mekanisme nyeri perifer yang melibatkan berbagai struktur anatomis, seperti radiks, otot, fasia, tulang, persendian, atau diskus intervertrebralis.[2-4]
Proses Degeneratif
Vertebra bagian lumbal merupakan bagian yang paling fleksibel dari keseluruhan anatomi tulang belakang. Vertebra lumbal berfungsi menyokong beban dari kepala, ekstremitas atas, dan organ toraks maupun abdomen. Bagian ini menjaga posisi tubuh dari tarikan gravitasi ke arah anterior melalui posisi lordosis pada posisi netral.
Tidak seperti bagian vertebra lainnya, vertebra lumbal tidak memiliki sokongan pada sisi lateral. Seiring dengan perjalanan usia, tarikan gravitasi ke arah inferior ditambah dengan beban dari organ tubuh menyebabkan penurunan tinggi diskus vertebra lumbal, disertai dengan aksis vertebra yang bergeser ke arah posterior. Tubuh melakukan kompensasi terhadap hal ini dengan membentuk osteofit untuk menjaga stabilisasi sendi vertebra lumbal.
Pertumbuhan osteofit dan hipertrofi sendi facet menyebabkan penyempitan kanalis vertebralis. Hal ini dapat disertai dengan adanya herniasi diskus yang menyebabkan kompresi terhadap medula spinalis dan menimbulkan nyeri punggung bawah. Kondisi ini akan menjadi keadaan stenosis spinal, di mana iskemi medulla spinalis dan pseudoclaudication dapat terjadi.[2-4]
Mekanisme Nyeri Perifer
Cedera pada jaringan menyebabkan stimulus nyeri yang dideteksi oleh nosiseptor pada jaringan dan organ. Proses ini disebut juga sebagai transduksi. Pada nyeri punggung bawah, nerve growth factor (NRF) memiliki peran penting dalam proses transduksi, di mana NRF berikatan dengan reseptor TrKA dan meningkatkan transduksi nyeri, terutama nyeri terkait inflamasi.
Tahap berikutnya merupakan konduksi, di mana stimulus nyeri diteruskan pada neuron aferen sensorik primer yang dimediasi oleh voltage-gated sodium channels, antara lain NaV1.7 dan NaV1.8. Neuron aferen sensorik primer berhubungan pada sel tanduk dorsal pada medulla spinalis, yang terdiri dari serabut Aδ, serabut C, dan serabut Aβ. Stimulus nyeri kemudian diteruskan ke otak melalui berbagai jalur ascending, seperti jalur spinothalamik, spinoretikular, dan spinomesensefalik.
Pada nyeri punggung bawah kronik, stimulus nyeri terjadi secara terus menerus, sehingga terjadi sensitisasi pada jaringan saraf perifer dan sentral. Sensitisasi ini menyebabkan neuron menjadi lebih sensitif terhadap nyeri. Selain itu, pada perifer ditemukan peningkatan konsentrasi voltage-gated sodium channels dan menyebabkan konduksi ektopik. Pada sentral, sel tanduk dorsal akan memiliki ambang yang lebih rendah dan memberikan respon pada stimulus intensitas rendah yang biasanya tidak menyebabkan nyeri.[4,5]
Penulisan pertama oleh: dr. Graciella N T Wahjoepramono