Pendahuluan Infeksi Tindik Telinga
Infeksi tindik telinga merupakan komplikasi tindakan tindik telinga yang sering ditemukan. Perikondritis pinna adalah salah satu bentuk infeksi tindik telinga yang umumnya berkaitan dengan tindikan telinga transkartilago. Prosedur tindik telinga sebenarnya adalah tindakan yang cukup aman, tetapi teknik dan perawatan yang kurang tepat dapat meningkatkan risiko infeksi.[1,2]
Tindik telinga paling banyak dilakukan di cuping atau lobus. Meski demikian, tindik telinga juga bisa dilakukan di area kartilago. Tindik pada area kartilago berkaitan dengan peningkatan risiko infeksi dan komplikasi infeksi yang lebih serius karena kartilago aurikula memiliki vaskularisasi yang sedikit.[1,3]
Infeksi tindik telinga bisa diakibatkan oleh infeksi Staphylococcus aureus ataupun Pseudomonas aeruginosa. Infeksi tindik telinga ditandai dengan adanya merah, bengkak, dan nyeri pada area tindikan. Tanda klinis lain dapat berupa perdarahan berlebihan, muncul benjolan di balik area tindik, dan munculnya nanah berwarna kuning yang berbau busuk. Pemeriksaan penunjang jarang diperlukan dalam penegakan diagnosis.[1,2,4]
Pada kebanyakan kasus, infeksi tindik telinga bersifat ringan dan superfisial. Tata laksana dengan melepaskan anting, kompres hangat, dan pemberian antibiotik topikal umumnya sudah cukup mengatasi infeksi. Meski demikian, pada kasus tindikan di kartilago, infeksi berat seperti perikondritis lebih mungkin terjadi dan akan memerlukan antibiotik oral seperti ciprofloxacin.
Selain itu, pada kasus dimana terjadi abses, perlu dilakukan tindakan insisi dan drainase. Perhatikan juga bahwa infeksi dan hematoma akibat tindikan yang melibatkan kartilago meningkatkan risiko deformitas telinga permanen seperti cauliflower ear, sehingga perlu dipertimbangkan untuk dilakukan tindakan lanjutan berupa rekonstruksi bedah.[1-3]