Penatalaksanaan Otomikosis
Penatalaksanaan otomikosis adalah pemberian obat anti jamur, baik oral maupun topikal. Prinsip pengobatan lainnya adalah mencegah pH kembali asam sehingga menghilangkan tempat tumbuh fungi, yaitu dengan cara segera membersihkan kanal telinga. Sebuah studi menyatakan bahwa angka kesembuhan pasien otomikosis adalah 86% setelah pemberian antijamur.[2,6,8]
Pilihan pengobatan untuk otomikosis terdiri dari eradikasi patogen penyebab dengan agen antijamur topikal atau sistemik, dan debridement lokal dengan cara mikroaspirasi. Selain itu, diperlukan juga kontrol kondisi predisposisi yang mendasari.[2,6,8]
Debridement
Debridement otomikosis dilakukan dengan mengirigasi/menghisap lendir serta gumpalan jamur hingga bersih dari kanal telinga. Tindakan ini dikombinasi dengan pemberian antijamur topikal. Sangat penting untuk menjaga kebersihan telinga dalam pengobatan otomikosis, karena obat ototopikal bekerja paling baik setelah pembersihan sekret dan debris.[1,7]
Antijamur Topikal
Banyak agen antijamur topikal yang digunakan untuk pengobatan otomikosis, di antaranya golongan azol, nistatin, amfoterisin B, asam borat, mercurochrome (larutan 1‒2%), fenilmekurat asetat (0,02% dalam air steril), larutan asam urea asetat, atau larutan aluminium asetat (5%).[2,3]
Penting untuk menilai perforasi membran timpani karena antijamur topikal dapat bersifat ototoksik. Obat tetes telinga pada perforasi membran timpani dapat menyebabkan sensasi rasa terbakar. Pada pasien ini, dianjurkan menggunakan krim topikal yang dioleskan dengan kapas.[3,6]
Penggunaan salep tidak dianjurkan pada pasien dengan alat bantu dengar tertutup, karena dapat meningkatkan pertumbuhan jamur sekunder akibat akumulasi kelembaban.[2,3]
Golongan Azol
Studi menunjukkan clotrimazole sebagai salah satu anti jamur yang paling efektif untuk pengobatan otomikosis. Tingkat kemanjuran dilaporkan hingga 95‒100%. Clotrimazole tersedia dalam bentuk bedak, lotion, dan larutan dan dianggap bebas dari efek ototoksik. Clotrimazole topikal digunakan 2‒3 kali sehari, sebanyak 3‒5 tetes, selama 7‒10 hari, atau sampai otomikosis sembuh. Kemudian telinga harus dijaga tetap kering.[6]
Golongan azol lain yang sensitif terhadap spesies Aspergillus dan Candida adalah ketoconazole, fluconazole, dan miconazole. Ketoconazole tersedia dalam bentuk krim 2%. Suspensi fluconazole tersedia dalam kekuatan 350 mg atau 1.400 mg, tetapi setelah dilarutkan dengan air murni (USP), setiap mL mengandung 10‒40 mg fluconazole. Krim miconazole 2% juga menunjukkan kemanjuran sebesar 90%.[2,6]
Nystatin
Banyak jamur sensitif terhadap nystatin, termasuk spesies Candida. Keuntungan nistatin adalah tidak diserap pada kulit intak. Nistatin tidak tersedia dalam bentuk obat telinga, tetapi dapat dibuat sebagai larutan atau suspensi sebagai terapi otomikosis. Tingkat kemanjuran nistatin dilaporkan hingga 50‒80%.[6]
Antijamur Sistemik
Beberapa jamur memiliki filamen dengan kemampuan enzimatik yang tinggi, yang biasanya disebabkan oleh Aspergillus fumigatus. Infeksi jamur jenis ini memiliki daya infeksi yang lebih ganas dan agresif sehingga disarankan untuk tidak menggunakan antijamur topikal. Otomikosis invasif pada tulang, khususnya mastoiditis, memerlukan terapi antijamur sistemik dan debridemen bedah jika diperlukan. Kondisi ini umumnya terjadi pada pasien dengan imunosupresi.[2]
Antijamur sistemik juga dapat dipilih untuk pasien dengan perforasi membran timpani. Pilihan antijamur sistemik adalah itraconazole oral, dengan dosis 200 mg/hari selama 2 minggu.[12]
Pada beberapa studi, itraconazole terbukti efektif, bahkan pada penderita diabetes melitus, untuk mengurangi keluhan gatal dan mencegah kekambuhan jika digunakan selama 2 minggu. Obat ini cukup aman dan jarang menyebabkan efek samping.[12]
Terbinafine oral juga dapat digunakan untuk terapi sistemik otomikosis. Terbinafin biasanya digunakan pada kasus kandidiasis kutis, pityriasis versicolor, dan dermatofita lain.[11]