Pendahuluan Polip Nasal
Polip nasal atau polip hidung merupakan tumor jinak akibat tumbuhnya jaringan lunak pada mukosa sinonasal yang disebabkan oleh suatu inflamasi atau infeksi kronis seperti rinosinusitis kronik. Polip nasal merupakan subtipe dari rinosinusitis kronik, sehingga pada beberapa studi dapat ditemukan terminologi Chronic Rhinosinusitis with Nasal Polyps (CRSwNP).
Polip nasal umumnya berbentuk massa halus, lunak, bulat, semi transparan, dan paling sering ditemukan di meatus medius dan sinus spheno-ethmoid. Kebanyakan kasus tidak serius, tetapi jika terus tumbuh dapat menyebabkan blokade pada saluran napas.[1-3]
Pada anamnesis, pasien akan mengeluhkan adanya gejala obstruksi hidung yang bersifat progresif, kongesti nasal, rhinorrhea, dan penurunan kemampuan penghidu. Pasien juga biasanya memiliki riwayat asma, sinusitis kronis, rhinitis alergi, ataupun fibrosis kistik.
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan rinoskopi anterior, yang mana akan ditemukan polip yang berwarna pucat atau kuning keabuan dan tidak nyeri, sedangkan turbinat akan berwarna kemerahan. Pemeriksaan penunjang umumnya tidak diperlukan, tetapi pemeriksaan yang dapat dilakukan mencakup endoskopi nasal, CT Scan sinus paranasal, hingga biopsi. [1,2]
Penatalaksanaan pada polip nasal dapat menggunakan medikamentosa dan tindakan pembedahan. Terapi medikamentosa pada polip nasal yakni dengan obat kortikosteroid intranasal atau sistemik, antihistamin, dan irigasi nasal menggunakan cairan salin. Kortikosteroid merupakan terapi pilihan dalam mengurangi ukuran polip, memperbaiki obstruksi nasal, dan mencegah kekambuhan.
Jika pasien tidak respon terhadap medikamentosa dan ukuran polip besar, dapat dipertimbangkan untuk dilakukan tindakan pembedahan seperti Functional Endoscopic Sinus Surgery (FESS) dan polipektomi.[1-3]
Penulisan pertama oleh: dr. Karina Sutanto