Edukasi dan Promosi Kesehatan Polip Nasal
Edukasi dan promosi kesehatan sangat penting untuk mencegah timbulnya polip nasal pada individu yang berisiko, seperti pasien sinusitis kronis dan asma. Edukasi juga diperlukan untuk mencegah kekambuhan pada pasien yang sudah mengalami polip nasal.[1-4]
Edukasi Pasien
Jelaskan pada pasien bahwa polip nasal merupakan massa lunak pada mukosa hidung atau sinus paranasal akibat respon terhadap inflamasi atau infeksi, misalnya asma atau sinusitis kronis. Sampaikan bahwa pilihan penatalaksanaan terbagi menjadi medikamentosa, pembedahan, hingga terapi suportif, yang digunakan sesuai indikasi untuk mengurangi ukuran, gejala dan menurunkan risiko kekambuhan.
Sampaikan pada pasien bahwa tidak terdapat batasan terhadap aktivitas dan diet pada penderita polip nasal. Namun, tingkat aktivitas fisik pada anak penderita polip nasal dapat menurun karena gangguan bernapas akibat obstruksi
Nose-blowing tidak disarankan karena dapat meningkatkan tekanan dan menyebabkan iritasi pada mukosa cavum nasi dan tulang. Pada pasien yang menjalani tindakan bedah, minta pasien kontrol sebanyak 3-4 kali dalam 1 bulan pertama untuk memantau penyembuhan. Setelah gejala terkontrol, lakukan pemantauan ulang dengan interval 6-12 bulan, atau lebih cepat jika ada perburukan gejala.
Apabila pasien menjalani tindakan pembedahan, maka perlu dijelaskan mengenai risiko komplikasi akibat tindakan seperti perdarahan, kebocoran cairan serebrospinal, tension pneumocephalus, encephalocele, abses otak, meningitis, perdarahan intrakranial, sinekia, hiposmia, anosmia, dan osteitis.[1-4]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Upaya pencegahan dan pengendalian penyakit perlu dilakukan terutama pada pasien yang berisiko, misalnya pasien rhinitis alergi dan asma. Pencegahan eksaserbasi dan kontrol gejala dapat mengurangi proses inflamasi kronis, sehingga mencegah timbulnya polip.[1-4]
Penulisan pertama oleh: dr. Karina Sutanto