Pendahuluan Miringitis Bulosa
Miringitis bulosa adalah inflamasi membran timpani, yang ditandai oleh bula maupun vesikel pada membran timpani tanpa melibatkan kanal auditori eksternus maupun telinga tengah. Miringitis bulosa dapat mengakibatkan gangguan pendengaran, kongesti di dalam telinga, serta otalgia berat. Miringitis secara umum dapat dibedakan menjadi miringitis bulosa dan miringitis hemoragik.[1,2]
Etiologi miringitis bulosa umumnya adalah infeksi virus dan bakteri. Etiologi virus antara lain respiratory syncytial virus (RSV) dan virus influenza. Etiologi bakteri seperti Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Moraxella catarrhalis, Group A Streptococcus, dan Staphylococcus aureus. Selain itu, trauma telinga juga bisa memicu miringitis bulosa.[1,3,4]
Gambar 1. Miringitis Bulosa.
Keluhan miringitis bulosa meliputi otalgia, rasa penuh di telinga, gangguan pendengaran, dan nyeri rahang. Pasien juga dapat mengeluhkan demam dan cairan yang keluar dari telinga (otorrhea). Pasien dapat memiliki riwayat trauma telinga misalnya membersihkan telinga, atau akibat penetrasi benda asing.
Onset keluhan biasanya akut, yaitu dalam 48 jam. Pada pemeriksaan otoskopi didapatkan tanda inflamasi pada membran timpani, seperti eritema dan cone of light membran timpani yang memendek atau hilang. Gambaran khas dari miringitis bulosa adalah adanya bula/vesikel pada membran timpani. Audiometri direkomendasikan karena risiko kehilangan pendengaran yang cukup tinggi pada miringitis bulosa.[5,6]
Tata laksana miringitis bulosa meliputi pemberian analgesik, antibiotik, dan agen anti inflamasi. Analgesik yang direkomendasikan adalah paracetamol dan ibuprofen. Kombinasi antibiotik sistemik dan topikal efektif untuk mengatasi miringitis bulosa. Pastikan membran timpani intak bila merencanakan pemberian agen topikal. Tata laksana lanjutan dapat meliputi timpanosintesis, miringotomi, dan miringoplasti.[1,2,7]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli