Penatalaksanaan Trauma Aurikula
Penatalaksanaan trauma aurikula sangat bergantung pada presentasi kerusakan. Tindakan pembedahan dibutuhkan pada kondisi laserasi, avulsi, amputasi, dan hematoma aurikula. Perlu diingat bahwa penutupan primer tidak boleh dilakukan apabila terdapat tanda-tanda inflamasi yang jelas, seperti eritema, rasa panas, bengkak, atau pus.[7–9]
Pemberian Antibiotik
Pada kondisi inflamasi, wet-dry dressing perlu dilakukan, yaitu aurikula ditutup dengan kasa yang dibasahi dengan cairan salin normal untuk mempercepat penyembuhan luka sekunder. Selain itu, dapat diberikan antibiotik yang mempenetrasi flora normal kulit dan kanal telinga, seperti penisilin atau klindamisin.[8]
Apabila terdapat kartilago yang terbuka, pilihan antibiotik adalah yang dapat mempenetrasi kartilago, seperti kuinolon, untuk mencegah kondritis.[1]
Laserasi Aurikula
Tata laksana laserasi aurikula sebaiknya dilakukan sesegera mungkin, yaitu kurang dari 12 jam atau maksimal 24 jam sejak trauma terjadi. Apabila laserasi cukup dalam hingga terlihat kartilago, rekonstruksi harus dilakukan segera untuk mencegah komplikasi, seperti infeksi, kondritis, nekrosis, dan deformitas (cauliflower ear).[9]
Tindakan penjahitan laserasi aurikula dapat ditunda jika pasien datang >24 jam sejak trauma, luka telah terinfeksi, atau pasien memiliki risiko infeksi tinggi, seperti diabetes melitus yang tidak terkontrol.[9]
Pasien harus dirujuk ke spesialis THT-KL (telinga hidung tenggorok-bedah kepala leher) atau spesialis bedah plastik jika laserasi luas atau mencapai kanal auditori eksternal.[9]
Prosedur Anestesi
Sebelum penjahitan, dilakukan anestesi perifer dengan ear nerve atau ring block. Injeksi secara langsung ke telinga tengah dapat menyebabkan pasien merasa nyeri dengan intensitas tinggi, dan tenaga kesehatan berisiko tinggi tertusuk jarum.[10]
Ear nerve block adalah injeksi berbentuk V pada inferior telinga, dan V terbalik pada superior telinga. Teknik ini lebih diutamakan daripada anestesi pada area luka, karena infiltrasi anestesi di area luka akan mengaburkan landmark anatomi sehingga menyulitkan reparasi.[7,9]
Anestesi sebaiknya menggunakan lidokain atau bupivacaine dengan atau tanpa epinefrin. Penambahan epinefrin sebelumnya dikontraindikasikan karena risiko iskemia hingga nekrosis. Namun, literatur-literatur terbaru menunjukkan rendahnya risiko tersebut, sehingga penggunaan epinefrin pada anestesi lokal telinga sebaiknya dilakukan secara bijak.[10]
Prosedur Penjahitan
Penjahitan laserasi aurikula sebaiknya menggunakan jarum berukuran kecil (27−30 G), dan benang absorbable maupun nonabsorbable dengan ukuran 5-0 atau 6-0. Benang non absorbable sebaiknya hanya digunakan apabila pasien dapat kembali kontrol dalam 5−7 hari untuk pengangkatan jahitan (aff hecting).[9]
Untuk penjahitan kartilago atau perikondrium, gunakan benang jahit absorbable monofilament, seperti monocryl atau PDS berukuran 6.0, karena memiliki kekuatan afirmasi yang dapat bertahan hingga 30 hari dengan reaksi jaringan minimal. Penjahitan tidak boleh melewati kartilago, tetapi hanya pada perikondrium untuk mendekatkan kartilago. Vaskularisasi kartilago kurang baik sehingga membutuhkan waktu pulih yang lebih lama.[7,9]
Avulsi Aurikula
Avulsi parsial, dengan sisa aurikula yang cukup banyak dan pengisian kapiler yang adekuat pada segmen paling distal dari luka, dapat direkonstruksi di fasilitas kesehatan primer atau di instalasi gawat darurat. Sementara itu, avulsi total atau parsial dengan sisa aurikula yang sedikit sebaiknya dirujuk ke spesialis THT-KL atau bedah plastik.[9]
Pasien avulsi aurikula juga harus dirujuk ke spesialis THT-KL atau spesialis bedah plastik jika terlihat tanda kerusakan pada telinga tengah atau dalam, dan fraktur basis cranii. Pada kasus avulsi hampir total dengan sisa kulit 6 mm, daun telinga biasanya dapat disambungkan kembali jika suplai vaskularisasi baik.[8]
Amputasi Aurikula
Kasus amputasi aurikula harus segera dirujuk ke spesialis THT-KL atau spesialis bedah plastik untuk dilakukan rekonstruksi. Pada amputasi berukuran diameter <15 mm, penyambungan dapat segera dilakukan. Pada amputasi dengan diameter >15 mm, diperlukan maneuver yang lebih kompleks seperti teknik Baudet atau replantasi mikrovaskular untuk mengembalikan vaskularisasi.[1]
Hematoma Aurikula
Hematoma aurikula harus segera dievakuasi. Hematoma >2 cm membutuhkan insisi drainase, sedangkan hematoma <2 cm cukup dengan aspirasi jarum. Namun, literatur-literatur terbaru sudah tidak menyarankan aspirasi jarum karena memiliki risiko rekurensi yang tinggi.[11]
Follow up
Berikut adalah tindakan follow up yang perlu dilakukan pada trauma aurikula:
- Setelah reparasi dilakukan, telinga sebaiknya ditutup dengan compression dressing, untuk menutup ruang yang terbentuk antara perikondrium dan kartilago sehingga tidak terjadi rekurensi.
- Segera rujuk ke dokter spesialis THT atau bedah plastik setelah penanganan awal untuk evaluasi lebih lanjut.
- Setelah luka sembuh, evaluasi kosmetik sangat diperlukan. Apabila diinginkan, rekonstruksi sekunder dapat ditawarkan pada pasien.[1,7,11]
Direvisi oleh: dr. Meva Nareza Trianita