Diagnosis Batu Ginjal
Diagnosis batu ginjal atau nefrolitiasis perlu dicurigai pada pasien yang mengalami kolik ginjal akut, yang dapat disertai mual, muntah, dan hematuria. Meski demikian, beberapa pasien dengan batu ukuran kecil dapat tidak mengeluhkan gejala apapun.
Diagnosis batu ginjal dapat dikonfirmasi dengan pencitraan CT scan abdominopelvis yang bermanfaat dalam menentukan lokasi, diameter, dan densitas batu. USG ginjal dapat menjadi alternatif, serta sekaligus dapat mengidentifikasi adanya hidronefrosis atau dilatasi uretra.[21]
Anamnesis
Pasien batu ginjal dapat datang dengan keluhan yang bervariasi, mulai dari tanpa keluhan, nyeri pinggang ringan hingga berat (kolik), nyeri saat berkemih (disuria), kencing berdarah (hematuria), sulit kencing (retensi urine), hingga tidak bisa kencing (anuria). Keluhan dapat disertai demam ataupun tanda-tanda gagal ginjal. Separuh pasien batu ginjal yang mengalami kolik akan mengeluhkan mual atau muntah juga.
Kolik Renal
Batu ginjal dapat turun ke saluran kemih di bawah ginjal, termasuk ureter dan uretra. Hal ini dapat menyebabkan kolik ginjal akut yang ditandai dengan nyeri hebat yang tiba-tiba, berasal dari panggul dan menjalar ke inferior dan anterior. Nyeri kolik ini terjadi tiga fase, yaitu:
- Fase akut dengan ciri serangan mendadak dan akut. Nyeri kolik yang timbul bersifat terus menerus, terasa sangat parah dan menyiksa. Nyeri bertambah hingga intensitas nyeri maksimal bisa dicapai dalam 30 menit hingga 6 jam setelah serangan
- Fase konstan. Setelah intensitas mencapai maksimal, nyeri akan menetap sampai diobati atau hilang. Durasi pada fase konstan pada umumnya 1–4 jam, dalam beberapa kasus dapat timbul sampai lebih dari 12 jam
- Fase penurunan nyeri. Nyeri berangsur menghilang. Durasi pada umumnya 1,5 hingga 3 jam
Gejala penyerta yang dapat timbul antara lain mual, muntah dan nyeri perut. Gejala ini dapat timbul karena inervasi nervus celiacus dengan inervasi ginjal, yaitu inervasi ke perut dan usus.
Kolik renal yang mereda bukan serta merta menandakan batu sudah keluar. Spontaneous passage harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan penunjang, meskipun pasien melihat sendiri batunya keluar saat berkemih.
Faktor Risiko
Selain keluhan yang dialami saat itu, dokter juga perlu mengidentifikasi kemungkinan faktor penyebab. Tanyakan riwayat batu saluran kemih sebelumnya, riwayat penggunaan obat yang mungkin mengganggu keseimbangan urine, serta adanya komorbiditas. Riwayat hiperparatiroid, hiperurisemia, dan infeksi saluran kemih berulang akan meningkatkan risiko batu ginjal.
Konsumsi suplemen, seperti suplemen kalsium, vitamin D, dan vitamin C, juga meningkatkan risiko batu ginjal. Tanyakan pula konsumsi obat yang dapat mengganggu keseimbangan urine, seperti probenecid, topiramate, dan acetazolamide.
Gaya Hidup
Pada anamnesis, tanyakan pola makan, asupan kalsium, asupan cairan, konsumsi air putih, garam, dan protein hewani. Investigasi besarnya asupan makanan sumber oksalat, purin, dan zat lain yang menjadi faktor risiko batu ginjal. Batu ginjal banyak dialami oleh individu dengan konsumsi garam, protein hewani, makanan tinggi purin, sumber oksalat, dan minuman bersoda berlebih.[1-3]
Pemeriksaan Fisik
Apabila pasien sedang mengalami kolik ginjal akut, pasien akan tampak sangat nyeri dengan onset tiba-tiba yang berasal dari panggul dan menjalar ke inferior dan anterior. Rasa sakit biasanya berhubungan dengan hematuria mikroskopis, mual, dan muntah. Nyeri dapat berpindah ke kuadran abdomen atas atau bawah apabila batu bermigrasi ke distal.
Nyeri ketuk sudut costovertebra dapat ditemukan. Temuan pemeriksaan lain umumnya tidak khas. Nyeri testis dapat ditemukan, meskipun pada inspeksi tampak normal. Nyeri abdomen dapat ditemukan, tetapi tanda peritonitis tidak ditemukan yang membedakan nyeri abdomen karena kolik renal dengan nyeri karena organ intraperitoneum.[1-3]
Diagnosis Banding
Batu ginjal perlu dibedakan dari pyelonephritis, kehamilan ektopik, appendicitis akut, torsio testis dan kista ovarium.
Appendicitis Akut
Pada appendicitis akut, nyeri umumnya pada perut kanan bawah. Urinalisis akan normal dan tidak ditemukan batu ginjal pada CT scan ataupun USG.
Kehamilan Ektopik
Pada wanita usia subur, batu ginjal perlu dibedakan dengan kehamilan ektopik. Untuk membedakan dengan batu ginjal, akan didapat tes kehamilan positif dan nyeri goyang serviks.
Pyelonephritis
Pada pyelonephritis, akan ada tanda dan gejala infeksi saluran kemih dan nyeri pada sudut costovertebra. Pyelonephritis juga bisa terjadi bersamaan dengan batu ginjal apabila batu menyebabkan obstruksi ginjal.
Torsio Testis
Pasien dengan torsio testis bisa mengalami nyeri perut bawah dan testis yang juga bisa dialami pasien dengan batu ginjal. USG testis dapat membedakan keduanya.
Kista Ovarium
Pasien dengan kista ovarium juga dapat mengeluhkan nyeri pada pinggang atau perut bawah. Untuk membedakan dengan batu ginjal, dilakukan USG dimana akan tampak kista pada adneksa.[1-3]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada batu ginjal bertujuan untuk mengonfirmasi diagnosis atau menyingkirkan diagnosis banding. CT Scan dan USG dapat mengonfirmasi diagnosis batu ginjal dan mengevaluasi besar serta lokasi batu.
CT Scan
CT scan tanpa kontras adalah pemeriksaan pencitraan awal yang disarankan untuk mengevaluasi batu ginjal. Pemeriksaan ini merupakan prosedur pilihan kecuali pada pasien yang hamil karena paparan radiasi yang besar dari CT Scan berpotensi teratogenik pada janin. CT scan abdominopelvis dapat mengidentifikasi lokasi, diameter, dan densitas batu.[1,2,8,10]
USG
USG sendiri lebih disukai digunakan sebagai prosedur pencitraan pertama di Indonesia. Hal ini karena ketersediaannya yang lebih luas dibandingkan CT Scan. Meski demikian, tingkat akurasi USG sangat bergantung dengan keahlian pemeriksa.
Prosedur ini dinilai aman, tidak ada risiko paparan radiasi, dapat diulang, dan harganya lebih terjangkau dibandingkan CT Scan. USG dapat mengidentifikasi batu pada kaliks ginjal, pelvis ginjal, dan pyeloureteric and vesico-ureteral junctions. USG juga dapat mengevaluasi dilatasi saluran kemih atas.[2]
Foto Polos Abdomen
Foto polos abdomen dapat memperlihatkan gambaran opak pada batu radioopak seperti batu kalsium. Batu jenis lain, seperti asam urat dan sistin, tidak tampak pada modalitas pencitraan ini.[1-3]
Intravenous Pyelography
Intravenous Pyelography (IVP) dapat memberikan informasi anatomis dan fungsional, tetapi sudah jarang digunakan bila memungkinkan dilakukan CT-Scan.[1-3]
Urinalisis
Pada urinalisis, komponen yang diperiksa meliputi kalsium urine, pH dengan dipstick, dan analisis mikroskopik.
pH urine rendah (di bawah 5,5) dapat terjadi pada batu ginjal akibat asam urat. pH tinggi (di atas 7) dapat terjadi pada batu infeksi. Keberadaan bakteriuria atau pyuria dapat menandakan batu ginjal oleh infeksi.
Urinalisis dapat dilakukan dengan pengumpulan urine 24 jam, urine 12 jam dari saat malam hari, maupun urine sewaktu dan rasio kalsium-kreatinin sewaktu. Untuk mendeteksi oksalat dan seberapa besar risiko pembentukan batu oksalat, dapat dilakukan analisis oksalat urine 24 jam.[1,2,4,8]
Kultur Urine
Kultur urine jarang diperlukan. Kultur urine dapat digunakan pada kasus-kasus yang tidak respon dengan pengobatan adekuat atau pada kasus yang dicurigai adanya ko-infeksi.
Laboratorium Kimia Darah
Pemeriksaan laboratorium kimia darah meliputi kadar kalsium, kreatinin, kalium, bikarbonat, dan asam urat. Nilai abnormal menandakan adanya penyakit yang dapat menyebabkan batu ginjal, seperti kadar kalsium serum yang tinggi pada hiperparatiroidisme. Pemeriksaan serum intact parathyroid hormone diindikasikan jika diduga ada kelainan paratiroid primer.[8]
Pencitraan pada Kehamilan
Pada pasien hamil, modalitas pencitraan yang dipilih sebagai lini pertama adalah USG ginjal. Dilatasi ureter bagian distal dapat menjadi pembeda antara dilatasi akibat obstruksi pada batu ginjal dengan dilatasi ureter fisiologis pada kehamilan.
MRI, terutama MRU (magnetic resonance urography), direkomendasikan menjadi lini kedua pencitraan batu ginjal pada ibu hamil karena risiko paparan radiasi yang lebih kecil ketimbang CT scan. MRI atau MRU pada pasien batu ginjal yang hamil boleh dikerjakan dengan atau tanpa kontras gadolinium, mengingat gadolinium terbukti teratogenik pada pengujian pada hewan tetapi tidak pada manusia. American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) masih merekomendasikan penggunaan gadolinium sebagai kontras untuk MRI pada pasien batu ginjal yang hamil jika keuntungan dianggap lebih besar daripada risiko.[9,10]
Klasifikasi
Batu ginjal, sebagaimana batu saluran kemih lainnya, dapat diklasifikasikan berdasarkan ukuran, lokasi, karakteristik pencitraan sinar X, etiologi terbentuknya batu, komposisi batu, dan risiko kekambuhan.[1,2]
Ukuran
Batu ginjal biasanya diklasifikasikan dalam 1 atau 2 dimensi. Batu ginjal secara umum dibagi dalam beberapa ukuran, yakni 5 mm, 5-10 mm, 10-20 mm, dan lebih besar dari 20 mm.[1,2]
Lokasi
Batu ginjal dapat terletak di kaliks ginjal superior, kaliks ginjal medial, kaliks ginjal inferior, pelvis renalis, ureter proksimal atau distal, dan buli (kandung kemih).[1,2]
Karakteristik Pencitraan Sinar X
Pada foto polos, batu ginjal dapat bersifat radioopak atau radiolusen. Contoh batu radioopak adalah kalsium oksalat dan batu kalsium fosfat. Contoh batu radiolusen adalah batu asam urat, amonium urat, dan batu obat-obatan. Contoh batu dengan opasitas rendah adalah batu apatit dan sistin.[1,2]
Tabel 1. Jenis Batu Ginjal Berdasarkan Karakteristik Pencitraan Sinar X
Radioopak | Opasitas Rendah | Radiolusen |
Kalsium Oksalat | Magnesium Amonium Fosfat | Asam urat |
Kalsium Fosfat | Apatit | Amonium urat |
Sistin | Xantin | |
Obat-obatan |
Sumber: dr. Eveline, Alomedika, 2022.[1,2]
Komposisi Batu
Batu ginjal dapat digolongkan menjadi batu kalsium (batu kalsium oksalat dan batu kalsium fosfat), batu magnesium ammonium fosfat (struvit), batu apatit, batu sistin, batu asam urat, batu ammonium urat, batu xantin, dan batu obat-obatan.[1,2]
Penulisan pertama oleh: dr. Nathania S. Sutisna