Pendahuluan Undesensus Testis
Undesensus testis, atau yang sering disebut juga kriptorkidismus, adalah kondisi tidak adanya testis di dalam salah satu atau kedua skrotum. Undesensus testis (UDT) merupakan kelainan urologi kongenital yang sering ditemui pada bayi laki-laki akibat kegagalan penurunan testis dari pul bawah ginjal (lower kidney pole) ke dalam skrotum.[1-3]
Diagnosis undesensus testis dapat ditegakkan apabila testis tidak teraba pada palpasi skrotum saat pemeriksaan fisik. Undesensus testis dapat ditemukan saat pemeriksaan bayi baru lahir ataupun pada kunjungan dokter di awal masa kehidupan. Orang tua juga dapat menyadari atau mengeluhkan testis teraba dalam skrotum hanya saat tertentu saja atau testis yang semula teraba di skrotum menjadi tidak teraba.[1,3,4]
Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang lengkap merupakan kunci diagnosis undesensus testis dan dapat menentukan klasifikasinya. Klasifikasi UDT meliputi teraba atau tidak terabanya testis, terjadi secara unilateral atau bilateral. Selain itu, UDT dapat diklasifikasi menjadi letak tinggi (high scrotum), inguinal, intraabdominal, testis ektopik, sesuai dengan lokasinya.
Diagnosis undesensus testis dan lokasi testis harus dikonfirmasi kembali preoperasi setelah dilakukan anestesi umum, karena dapat terjadi perubahan yang menyebabkan perubahan tata laksana. Undesensus testis juga harus dibedakan dengan testis retraktil dan agenesis testis.[1,3-5]
Tata laksana undesensus testis bergantung dari klasifikasi dan lokasi testis. Tata laksana undesensus testis umumnya dilakukan pada usia 6-12 bulan, hal ini karena testis masih dapat turun secara spontan hingga usia 3-6 bulan. Bila testis tidak turun secara spontan, pasien harus dirujuk ke dokter spesialis urologi anak untuk dilakukan pembedahan ataupun terapi hormonal. Tata laksana yang terlambat dapat memberi dampak pada fertilitas dan meningkatkan risiko kanker.[1,6-9]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja