Perawatan luka sebaiknya disesuaikan dengan tahapan proses penyembuhan luka. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan bekas luka yang optimal, tanpa komplikasi. Fase penyembuhan luka terdiri dari hemostasis, agregasi platelet, koagulasi, serta vasokonstriksi.[1-3]
3 Tahap Perawatan Luka
Perawatan luka yang pertama adalah membersihkan luka. Sebaiknya, luka dibersihkan dengan antiseptik pembersih luka yang mengandung polyhexamethylene biguanide (PHMB). PHMB merupakan kandungan antiseptik non-sitotoksik dan efektif sebagai antimikroba spektrum luas.
Kemudian, diperlukan perawatan untuk menyembuhkan luka. Pada tahap ini, luka dapat dioleskan salep yang mengandung panthenol (provitamin B5) untuk mempercepat penyembuhan luka, membantu meredakan kerusakan dan iritasi kulit, serta menurunkan risiko terbentuknya bekas luka.
Luka selanjutnya perlu ditutup dengan plester yang steril dan kedap air. Plester juga harus memiliki bantalan luka yang tidak menempel di luka dan memiliki daya serap tinggi.[4]
Pemilihan Penutup Luka
Penutup luka atau plester harus dipilih yang dapat berfungsi sebagai antimikroba, absorben, oklusif, perekat, dan debridement. Selain itu, pilihlah plester yang tidak perlu sering diganti dan mengikuti kontur kulit, sehingga pasien merasa lebih nyaman.
Perekat plester harus dapat melekat dengan kuat, tetapi mudah dilepaskan tanpa meninggalkan bekas. Bantalan luka harus dapat menjaga kelembapan dan pertukaran gas, serta menyerap kelebihan eksudat. Untuk ukuran, plester harus: sedikit lebih besar dari ukuran luka.[4-10]
Lingkungan Lembap Mempercepat Penyembuhan Luka
Berbagai studi telah membuktikan bahwa lingkungan lembap akan mempercepat penyembuhan luka. Secara mikroskopik, lingkungan luka lembap meningkatkan proses inflamasi dan remodeling. Oleh karena itu, penutupan luka diperlukan untuk menjamin kelembapan kulit. Selain itu, penutupan luka akan mengurangi nekrosis jaringan, nyeri, dan risiko infeksi.[4-10]