Pendahuluan Pemeriksaan Achilles VISA-A
Kuesioner pemeriksaan Achilles, yakni Victoria Institute of Sports Assessment-Achilles atau VISA-A, umumnya digunakan untuk mengukur keparahan tendinopati Achilles. Kuesioner VISA-A pertama kali dipublikasikan di tahun 2001 oleh Victorian Institute of Sport Tendon Study Group. Kuesioner ini tersedia dalam bahasa Inggris dan telah diterjemahkan ke dalam 10 bahasa lainnya. Namun, kuesioner ini belum diterjemahkan secara resmi ke dalam bahasa Indonesia.[1-3]
Kuesioner VISA-A terdiri dari 8 pertanyaan yang menggambarkan keluhan pasien dalam lingkup nyeri, status fungsional, dan aktivitas fisik. Kuesioner ini telah melalui uji reliabilitas menggunakan test-retest reliability dan menghasilkan korelasi yang tinggi. Kuesioner VISA-A juga dapat diisi secara mandiri oleh pasien karena bersifat sederhana. Pengisian hanya membutuhkan waktu sekitar 5 menit.[1,4–6]
Indikasi pemeriksaan Achilles dengan kuesioner VISA-A adalah untuk mengukur tingkat keparahan tendinopati Achilles, bukan untuk menjadi alat diagnosis tendinopati Achilles. Tendinopati Achilles adalah salah satu trauma akibat penggunaan berlebihan (overuse injury), yang dapat terjadi pada atlet maupun non-atlet. Gejala tipikalnya adalah nyeri pada bagian medial tendon Achilles, terutama setelah melakukan aktivitas fisik.[1,7]
Dari total 8 pertanyaan dalam kuesioner VISA-A, 6 pertanyaan awal menggunakan skala numerikal dengan rentang 0–10. Lalu, 2 pertanyaan terakhir menggunakan skala kategorikal. Pertanyaan ke-7 terdiri dari 4 pilihan jawaban dengan skor masing-masing 0, 4, 7, atau 10. Sementara itu, pertanyaan ke-8 memiliki 3 pilihan jawaban tergantung pada gejala yang dirasakan pasien saat ini.[1]
Skor maksimal untuk kuesioner VISA-A adalah 100, sedangkan skor terendah adalah 0. Semakin rendah skor VISA-A, ada indikasi gejala semakin berat dan ada penurunan fungsi sehari-hari. Pemeriksaan ini tidak mempunyai kontraindikasi absolut kecuali jika pasien menolak pengisian. Pemeriksaan ini juga tidak mempunyai komplikasi.[1]
Namun, terdapat anggapan bahwa pemeriksaan ini memiliki kelemahan dalam validitas konstruksi (flawed construct validity). Kelemahan validitas konstruksi bisa menimbulkan bias dan error dalam penarikan kesimpulan. Selain itu, pemeriksaan ini belum tentu dapat digeneralisasi untuk semua populasi. Sebagai contoh, beberapa peneliti telah menyampaikan kurangnya validitas untuk populasi non-atlet yang sedenter.[8,9]