Teknik Pemeriksaan Fungsi Luhur
Teknik pemeriksaan fungsi luhur adalah pasien diminta mengerjakan, mengikuti instruksi, dan menjawab serangkaian pertanyaan dalam tes yang dapat berbentuk paper-based maupun computer-based. Secara umum, teknik pemeriksaan fungsi luhur adalah dengan menggunakan serangkaian tes-tes terstandarisasi yang membutuhkan kerjasama dan koordinasi pasien. Hasil penilaian dapat bersifat kuantitatif dan kualitatif. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan secara serial sebab fungsi kognitif atau defisit fungsional bersifat dinamis dan dapat berubah.[5-8,12]
Persiapan Pasien
Pemeriksaan fungsi luhur tidak memerlukan persiapan pasien secara khusus. Namun, dua hal yang penting untuk diperhatikan adalah persetujuan pasien sebelum dilakukan tindakan, dan informasi riwayat kesehatan pasien harus secara lengkap ditanyakan. Semua berkas-berkas pasien harus dipersiapkan sebelum proses pemeriksaan fungsi luhur.[7,8]
Peralatan
Alat yang diperlukan untuk melakukan pemeriksaan fungsi luhur adalah suatu set tes yang telah terstandarisasi dan dirancang untuk menilai aspek atau domain fungsional tertentu. Pemilihan jenis tes ini berbeda-beda tergantung karakteristik pasien, termasuk tingkat pendidikan, status fungsional, kognitif premorbid, keterbatasan fisik, usia, dan faktor kelelahan.[7,8]
Faktor lainnya meliputi tujuan dilakukannya penilaian, apakah untuk penegakan diagnosis atau perencanaan rehabilitasi, serta gambaran defisit fungsional atau kognitif yang ditunjukkan saat assessment awal. Tes-tes yang umum digunakan pada pemeriksaan penilaian fungsi luhur, adalah:
- Kemampuan intelektual secara umum: Wechsler Adult Intelligence Scale–IV, Wechsler Test of Adult Reading
- Kemampuan fungsi eksekutif: Delis-Kaplan Executive Function System, Wisconsin Card Sort, Tower of London
- Kemampuan pemusatan perhatian dan konsentrasi: Continuous Performance Test, Digit Span
- Kemampuan belajar dan ingatan: Wechsler Memory Scales, California Verbal Learning Test
- Kemampuan berbahasa dan komunikasi: Boston Naming Test, Multilingual Aphasia Examination
- Kemampuan koordinasi visual dan motorik halus (praxia): Trails A, Bender Visual Motor Gestalt Test
- Kemampuan motorik dan sensorik: Finger tapping, Grooved pegboard
- Perubahan emosional, mood, impuls, dan kepribadian: Beck Depression Inventory, Minnesota Multiphasic Personality Inventory[4,8,13]
Posisi Pasien
Tidak ada posisi khusus dalam pemeriksaan fungsi luhur. Pasien hanya diminta untuk mengambil posisi duduk senyaman mungkin agar faktor stress tidak mempengaruhi hasil pemeriksaan. Pastikan posisi pasien bisa menerima dan memahami instruksi dalam tes dengan baik. Pada pemeriksaan yang membutuhkan interaksi dua arah, seperti wawancara skrining mini mental state examination/MMSE, sebaiknya pasien duduk berhadapan dengan pemeriksa.[7,12]
Prosedural
Pemeriksaan fungsi luhur dapat dilakukan oleh tenaga profesional di bidang medis dan psikologi. Umumnya pemeriksaan yang bersifat skrining bisa dilakukan di tingkat pelayanan kesehatan primer, sedangkan pemeriksaan yang lebih menyeluruh harus dilakukan di pusat rujukan dengan ahli yang telah tersertifikasi atau mengikuti pelatihan pemeriksaan neuropsikologis.[8,11,14]
Secara umum, prosedur pemeriksaan penilaian fungsi luhur mencakup beberapa langkah penting, yaitu review rekam medis, pemeriksaan status neurobehavioral, seleksi tes, pengerjaan tes, integrasi temuan dan hasil pemeriksaan, serta diakhiri dengan sesi feedback.[6,8]
Review Rekam Medis
Pemeriksa sebelumnya mengumpulkan informasi-informasi penting mengenai riwayat penyakit pasien dan tujuan rujukan/pemeriksaan.[6,8]
Pemeriksaan Status Neurobehavioral
Langkah ini termasuk pre-assessment untuk mencari data tentang onset dan perjalanan keluhan fungsional yang dialami pasien, termasuk informasi dari keluarga dan relatif terdekat. Tingkah laku pasien secara garis besar juga diobservasi pada tahap ini, misalnya: kemampuan daya ingat, kelancaran berbahasa, gaya bicara, status emosional, dan lain-lain.[6,8]
Seleksi Tes
Informasi yang sudah didapatkan dari rekam medis dan pemeriksaan status neurobehavioral akan menjadi panduan pemilihan tes yang sesuai untuk karakteristik dan kondisi pasien saat ini.[6,8]
Pengerjaan Tes
Tes yang telah dipilih, dikerjakan di bawah supervisi pemeriksa atau asisten pemeriksa yang sudah terlatih. Tes ini seringkali berbentuk paper-based dalam format pertanyaan dan jawaban. Tes lainnya dapat berisikan instruksi untuk memanipulasi objek dan merespon terhadap gambar.[6,8]
Integrasi Temuan dan Hasil Pemeriksaan
Interpretasi dan integrasi hasil pemeriksaan yang dilakukan dapat berupa berkas hasil pemeriksaannya saja, diagnosis dan kemungkinan etiologi, rekomendasi dilakukannya pemeriksaan neurologi lanjutan, rekomendasi strategi rehabilitasi, serta informasi mengenai derajat kapabilitas fungsional sehari-hari.[6,8]
Sesi Feedback
Komponen yang wajib ada dalam sesi feedback meliputi edukasi tentang hasil pemeriksaan, diagnosis, serta prognosis; rekomendasi penanganan selanjutnya; dan mendorong dukungan keluarga demi meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani program rehabilitasi.[6,8]
Follow up
Hasil pemeriksaan fungsi luhur harus diikuti dengan follow-up berupa rekomendasi tatalaksana dan pemeriksaan lanjutan apabila diperlukan. Penilaian fungsi luhur sebaiknya diulang lagi secara serial karena selain untuk tujuan diagnosis, hasilnya juga bisa digunakan untuk evaluasi program yang dijalani pasien.[4,10]
Waktu untuk dilakukannya follow-up pemeriksaan berbeda tergantung kondisi klinis yang mendasari. Pada suatu penelitian dengan sampel pasien demensia, pemeriksaan neuropsikologis dilakukan secara serial setiap 12 bulan dengan kisaran total waktu follow-up 1-9 tahun.[15]