Komplikasi Episiotomi
Komplikasi jangka pendek episiotomi dapat berupa ruptur perineum, perdarahan, edema, infeksi lokasi sayatan, kerusakan sphincter anal dan mukosa rektum, trauma uretra, trauma kandung kemih, hematoma, nyeri, dan dehisensi luka. Sementara itu, komplikasi jangka panjang episiotomi dapat berupa infeksi kronis, disfungsi anorektal, inkontinensia urine, prolaps organ pelvis, disfungsi seksual, dan rasa nyeri.[5]
Ruptur Perineum
Ruptur perineum ke derajat yang lebih parah adalah komplikasi umum dari episiotomi. Dilaporkan bahwa risiko ruptur derajat 3–4 adalah sebanyak 1% pada wanita tanpa episiotomi, 9% pada episiotomi mediolateral dan 20% pada episiotomi medial. Teknik episiotomi medial merupakan faktor risiko terbesar untuk terjadinya ruptur yang dapat mencapai mukosa rektum.[4]
Dehisensi Luka
Dehisensi luka episiotomi didefinisikan sebagai luka terbuka lebih dari 0,5 cm atau terpisahnya epitel secara lengkap pada setidaknya 50% panjang episiotomi. Beberapa faktor yang memengaruhi terjadinya dehisensi luka adalah teknik penjahitan episiotomi, pilihan benang yang digunakan, obstetric anal sphincter injury, panjang perineum, dan berat lahir janin.[2]
Infeksi
Tanda-tanda terjadinya infeksi luka episiotomi adalah sekret purulen atau seropurulen pada luka dan terjadinya demam. Infeksi adalah penyebab terbanyak dehisensi luka episiotomi. Sebuah penelitian menunjukkan sebanyak 67% kasus dehisensi telah terinfeksi. Faktor risiko terjadinya infeksi adalah higiene perineum postpartum yang buruk dan hematoma pada bekas jahitan episiotomi.[2]
Nyeri Perineum
Episiotomi adalah penyebab umum nyeri perineum postpartum. Intensitas nyeri bergantung pada derajat luka, penggunaan alat bantu persalinan, durasi persalinan, teknik penjahitan, dan penggunaan analgesik. Nyeri setelah episiotomi didapatkan pada 97% wanita pada hari pertama postpartum dan pada 71% wanita setelah 7–10 hari postpartum.[2]
Disfungsi Seksual
Setelah persalinan dengan episiotomi, sekitar ⅔ wanita kembali melakukan hubungan seksual dalam jangka waktu 3 bulan. Wanita yang menjalani episiotomi memulai hubungan seksual lebih lambat daripada wanita yang tidak menjalani episiotomi. Beberapa keluhan yang dirasakan wanita setelah episiotomi adalah dispareunia dan kekeringan vagina.[2,14]