Komplikasi USG Kehamilan Trimester Pertama
Komplikasi pemeriksaan ultrasonography (USG) kehamilan di trimester pertama umumnya tidak ada. Namun, masih terdapat kontroversi mengenai keamanan alat USG, yaitu bahwa bentuk energi yang dikeluarkan USG berupa index mechanical dan index thermal mampu menimbulkan efek biologis yang buruk pada jaringan tubuh. Walaupun demikian, hasil data penelitian melaporkan bahwa hal tersebut tidak konklusif.[7,9–11]
Kekhawatiran akan hal-hal tersebut menyebabkan dokter dan teknisi yang melakukan prosedur ini diharapkan untuk mempraktekkan index thermal dan mechanical serendah mungkin pada waktu melakukan pemeriksaan mengingat potensi komplikasi secara teoritik.[7,9–11]
Dokter dan teknisi juga diharapkan meminimalkan waktu paparan terhadap fetus dengan menggunakan waktu scan terpendek, dan power output serendah mungkin dalam mendapatkan informasi diagnostik. Selain itu, sesuai pedoman dari World Health Organization (WHO) tahun 2016, USG pada kehamilan kurang dari 24 minggu hanya perlu dilakukan sebanyak satu kali.[3,9–11]
Pada USG transvaginal, mungkin dapat terjadi komplikasi berupa rasa tidak nyaman, nyeri, atau perdarahan per vaginam.[13]
Bukti Keamanan Pemeriksaan Ultrasonografi
Studi epidemiologi telah melaporkan efek samping USG terhadap perkembangan bayi, termasuk lambat bicara, disleksia, dan kidal. Namun, hasil penelitian tersebut tidak terbukti signifikan secara statistik, dan lebih banyak bukti ilmiah yang mendukung keamanan pemeriksaan USG.[7,9–11]
Suatu tinjauan sistematis dari World Health Organization (WHO) membahas tentang keamanan ultrasound B-mode dan Doppler pada kehamilan. Hasil menunjukan bahwa USG kehamilan tidak berhubungan dengan luaran tidak diinginkan, baik pada ibu, janin, maupun neonatus, kecacatan fisik, gangguan neurologis, keganasan pada anak, gangguan kognitif, atau gangguan jiwa.[7]
Terdapat asosiasi lemah antara pemeriksaan USG dengan kejadian anak laki-laki yang kidal. Asosiasi ini juga telah dilaporkan pada metaanalisis yang melibatkan 8865 anak usia 8–14 tahun, yang mendapat pemeriksaan USG rutin pada usia gestasi 15–20 minggu.[19]
Akan tetapi, didapatkan keterbatasan dari tinjauan sistematis yang dilakukan WHO, sehingga hasil menjadi inkonklusif. Sebagai contoh, studi-studi yang dikaji merupakan studi observasional dan luaran primer bukanlah menilai efek dari USG. Selain itu ada keterbatasan lain, seperti intensitas paparan USG tidak diukur dan teknologi USG yang telah berkembang sejak studi awal dilakukan.[4,19]
Terjadinya autism spectrum disorder (ASD) yang berhubungan dengan faktor risiko pada kehamilan masih terus diteliti. Namun, belum terdapat penelitian yang menemukan hubungan antara waktu atau frekuensi USG prenatal dengan risiko ASD.[20,21]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra