Pendahuluan Non-Rebreathing Oxygen Face Mask
Non-rebreathing oxygen face mask (NRM) atau reservoir mask atau sungkup oksigen non-rebreathing merupakan sungkup oksigen dengan modifikasi sebuah kantong yang disebut kantong reservoir. Kantong ini terhubung dengan sungkup dan berfungsi menyediakan sumber oksigen untuk inhalasi. Sungkup ini dilengkapi katup satu arah sehingga menghasilkan kemampuan untuk memberikan oksigen dengan konsentrasi hingga 100% dengan laju aliran yang lebih tinggi.[1]
NRM merupakan alat pemberian oksigen non-invasif dengan aliran oksigen pada rentang 10-15 liter per menit (LPM). NRM umumnya digunakan untuk pre-oksigenasi pada pasien sebelum tindakan induksi dan intubasi. NRM sebaiknya tidak digunakan dalam jangka panjang karena dapat mengakibatkan retensi karbon dioksida dan iritasi mukosa hidung dan mulut.[2]
Suplementasi oksigen diindikasikan pada kondisi kegawatan dan berbagai kondisi medis, termasuk syok dan penyakit paru seperti pneumonia dan penyakit paru obstruktif kronik. Pemberian suplementasi oksigen dapat dilakukan melalui alat seperti nasal kanul, sungkup oksigen (simple, non-rebreather, venturi), dan sistem CPAP (continuous positive airway pressure) atau BiPAP (bilevel positive airway pressure). Sementara itu, ventilator digunakan untuk memberikan suplementasi oksigen pada pasien dengan intubasi.[1]
Indikasi pemberian NRM meliputi seluruh kondisi yang membutuhkan terapi oksigen konsentrasi tinggi. Oksigenasi harus diberikan pada pasien dengan saturasi oksigen di bawah rentang normal. Target suplementasi oksigen pada pasien sehat yaitu 92‒98%. Sementara itu, pada pasien dengan kondisi hiperkapnia kronis, target saturasi oksigen antara 88‒92%.[1,3]
Terapi oksigen sering dianggap tanpa komplikasi, tetapi berbagai penelitian menunjukkan bukti sebaliknya. Terapi oksigen bebas pada kasus tertentu dapat meningkatkan mortalitas dan morbiditas. Hal ini terjadi akibat efek hiperoksemia seperti peningkatan sitokin inflamasi dan reactive oxygen species (ROS), penurunan curah jantung, dan konstriksi pembuluh darah paru. Oleh karena itu, oksigen hanya boleh diresepkan pada pasien dengan hipoksia, serta harus dititrasi ke konsentrasi terendah yang efektif menjaga saturasi oksigen.[2]
Penulisan pertama oleh: dr. Sunita