Indikasi Tes Provokasi Bronkial
Indikasi utama tes provokasi bronkial adalah diagnosis awal atau eksklusi diagnosis asthma. Tes provokasi bronkial juga dapat menentukan risiko relatif dari asthma dan memprediksi respon dari terapi asthma.[3,5]
Sebetulnya, tes provokasi bronkial berfungsi menguji tingkat hiperresponsivitas bronkial. Hiperresponsivitas ini bisa ditemukan pada kasus asthma, maupun penyakit lain seperti rhinitis alergi, penyakit paru obstruktif kronik, cystic fibrosis, gagal jantung, dan efek obat-obatan misalnya beta bloker.[4]
Tes Provokasi Bronkial Langsung
Tes provokasi langsung memiliki sensitivitas yang tinggi dengan spesifisitas yang rendah terhadap asthma. Tes provokasi bronkial langsung dapat dikerjakan menggunakan metakolin, histamine, prostaglandin D2, atau leukotrien untuk menstimulasi sel otot polos pada saluran napas secara langsung.
Tes provokasi bronkial langsung lebih cocok untuk menyingkirkan diagnosis asthma, bukan untuk menegakkan diagnosis.[1,3,7]
Tes Provokasi Bronkial Tidak Langsung
Berkebalikan dengan tes provokasi bronkial langsung, tes tidak langsung memiliki sensitivitas yang rendah dengan spesifisitas yang tinggi. Untuk itu, tes ini cocok digunakan untuk menegakkan diagnosis asthma.[3]
Tes provokasi bronkial tidak langsung menyebabkan reaksi pada sel otot polos saluran napas melalui pelepasan mediator sel inflamasi. Adanya hubungan dengan inflamasi membuat tes ini juga dapat digunakan untuk menilai respon terhadap terapi antiinflamasi.[1,3,5]
Tes provokasi bronkial tidak langsung dengan stimulus olahraga terutama diindikasikan bagi pasien yang memiliki riwayat sesak selama atau setelah aktivitas. Tes ini diperlukan pada pasien dengan kemampuan kerja yang menurun yang dicurigai disebabkan oleh gejala asthma. Tes ini juga dilakukan untuk menilai efikasi dan dosis optimal dari obat yang digunakan untuk mencegah eksaserbasi.[3]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli