Teknik Pemeriksaan Bakteri Tahan Asam (BTA)
Teknik pemeriksaan bakteri tahan asam atau BTA adalah mengumpulkan sputum atau dahak pasien yang diduga terinfeksi kuman Mycobacterium tuberculosis. Pemeriksaan ini sangat mudah dilakukan dan tidak memakan waktu yang lama.
Pemeriksaan BTA dilakukan dengan mengumpulkan 2 spesimen sputum atau dahak pasien yang dicurigai terinfeksi tuberkulosis dengan interval pengumpulan sputum antara 8 sampai 24 jam, atau untuk lebih memudahkan dengan menggunakan sistem Sewaktu–Sewaktu (SS) atau Sewaktu-Pagi (SP).[14]
Metode Pengambilan
Pengambilan spesimen sputum atau dahak dapat dilakukan dengan menggunakan 4 cara, yaitu batuk spontan, induksi sputum (induced sputum), bronkoskopi, dan bilasan cairan lambung (gastric aspiration).[6,9-11]
Batuk Spontan
Batuk merupakan cara paling mudah dan umum dilakukan untuk mengumpulkan spesimen dahak. Namun, pengambilan dahak saat pasien batuk tetap perlu diawasi oleh tenaga medis agar sputum yang didapat benar dari paru-paru, bukan hanya air liur atau lendir dari belakang hidung. Apabila pengambilan sputum salah, maka hasil pemeriksaan tidak akan signifikan.[6,7,9,10]
Induksi Sputum
Pada pasien yang sulit untuk mengeluarkan sputum karena sputum terlalu kental, maka dapat dilakukan pengambilan sputum dengan cara menginduksi batuk yaitu dengan menggunakan uap hangat steril dari cairan salin hipertonik 3%-5%.
Namun, hasil sputum yang diambil dengan menggunakan metode induksi lebih cair dibandingkan dengan metode batuk spontan, sehingga petugas medis harus memberi label keterangan pada pot sputum bahwa sputum yang diambil dengan metode induksi, agar petugas laboratorium tidak bias dengan spesimen saliva.[6,9]
Bronkoskopi
Prosedur pengumpulan spesimen sputum dengan metode bronkoskopi dilakukan dengan menggunakan alat visualisasi yang dimasukkan kedalam saluran pernapasan pasien yang dicurigai terinfeksi tuberkulosis. Pengambilan spesimen dahak dengan menggunakan bronkoskopi sangat jarang dilakukan, metode ini baru dilakukan apabila pasien tidak dapat mengeluarkan dahak secara spontan.
Prosedur pengambilan sputum dengan metode bronkoskopi memerlukan persiapan pasien khusus karena pasien akan diberikan anestesi premedikasi agar pasien lebih tenang saat menjalani prosedur tindakan ini.[6,8,10,11]
Bilasan Cairan Lambung
Pada pasien yang tidak dapat mengeluarkan sputum secara spontan, selain dengan menggunakan metode bronkoskopi, dapat dilakukan juga dengan menggunakan bilasan cairan lambung (gastric aspiration).
Prosedur ini sangat jarang dilakukan karena dianggap tidak nyaman, terutama apabila pada pasien anak-anak dan harus dilakukan di rumah sakit pada pagi hari sebelum makan.
Pengambilan sputum dengan bilasan cairan lambung dilakukan dengan memasukan selang melalui mulut atau hidung pasien kemudian dilakukan penyedotan cairan lambung.[6,10,11]
Persiapan Pasien
Persiapan pasien yang melakukan pengambilan sputum dengan batuk spontan sangat mudah dilakukan, tidak memerlukan persiapan khusus apapun.
Namun, apabila pengambilan spesimen sputum dilakukan dengan menggunakan metode bronkoskopi ataupun bilasan cairan lambung memerlukan persiapan khusus dan harus dikerjakan di rumah sakit karena diperlukan prosedur pembiusan.[6,7]
Tempat pengumpulan dahak harus berada ditempat yang jauh dari kerumunan orang, dan harus diperhatikan pula arah angin saat berdahak agar percikan dahak tidak mengenai petugas.
Pengumpulan dahak dilakukan di ruang terbuka dan mendapat sinar matahari langsung atau di dalam ruangan dengan ventilasi yang baik untuk mengurangi kemungkinan penularan akibat percikan dahak yang infeksius.
Tempat pengumpulan dahak dilengkapi dengan prosedur mengeluarkan dahak, tempat cuci tangan dengan air mengalir dan sabun. Jangan mengeluarkan dahak di ruangan tertutup dengan ventilasi yang buruk, misalnya kamar kecil atau toilet, ruang kerja (ruang pendaftaran, ruang pengambilan sampel atau laboratorium), ruang tunggu dan ruang umum lainnya.[12]
Peralatan
Alat yang dibutuhkan untuk mengumpulkan spesimen dahak secara langsung dengan batuk spontan hanya memerlukan pot sputum yang sudah diberi label. Pengambilan dahak dilakukan sebanyak 2 interval yaitu SS atau SP.
Apabila dahak tidak dapat dikeluarkan dengan batuk spontan, maka dibutuhkan metode lain dengan menginduksi sputum dengan menggunakan uap panas dari salin hipertonik 3%-5%.[6]
Diperlukan juga pot dahak bersih dan kering, diameter mulut pot 4-5 cm, transparan, bening, bertutup ulir dan tidak boleh bocor. Sebelum diserahkan kepada pasien sudah diberikan identitas sesuai identitas atau nomor register pada form TB 05. Siapkan juga formulir permohonan pemeriksaan laboratorium (TB 05), label, pensil dan spidol.[12]
Posisi Pasien
Posisi pasien saat melakukan pemeriksaan BTA dengan menggunakan prosedur batuk spontan maupun dengan induksi batuk, adalah posisi badan tegak sambil duduk atau berdiri. Posisi tubuh diutamakan posisi yang nyaman bagi pasien untuk bernapas dan mengeluarkan dahak secara optimal.
Sedangkan apabila pemeriksaan BTA dilakukan dengan prosedur bronkoskopi atau bilasan cairan lambung, maka posisi tubuh pasien dalam posisi berbaring untuk memudahkan selang bronkoskopi atau selang bilasan cairan lambung untuk masuk ke dalam saluran pernapasan atau saluran pencernaan pasien.[4]
Prosedural
Prosedur pengambilan sampel dibedakan dengan cara pengambilan yaitu dengan batuk, induksi sputum dengan cairan salin hipertonik, bronkoskopi dan menggunakan cairan lambung.
Pengumpulan Spesimen dengan Batuk
Pemeriksaan BTA yang dilakukan dengan mengumpulkan spesimen dahak secara batuk spontan, pasien diberikan wadah atau pot sputum yang terbuat dari plastik yang telah diberi label.
Untuk memaksimalkan pengeluaran dahak, pasien diminta untuk menghirup napas dalam kemudian ditahan selama kurang lebih 5 detik, setelah itu pasien diminta untuk membuang napas secara perlahan kemudian pasien diminta untuk batuk sekuat mungkin sampai dahak naik melalui tenggorokan sampai ke mulut.
Dahak yang keluar kemudian ditampung pada pot sputum plastik yang telah disiapkan di tempat yang sudah disesuaikan untuk pengambilan sputum.[1,4,6-10]
Pengumpulan Spesimen dengan Bantuan Cairan Salin Hipertonik
Apabila pasien tidak kooperatif atau kesulitan mengumpulkan sputum secara batuk spontan, maka pengambilan sputum dapat diinduksi menggunakan cairan salin hipertonik 3–5%.
Prosedur dapat digunakan adalah menggunakan cairan salin hipertonik dengan alat nebulizer. Penguapan bisa dilakukan beberapa kali, anjurkan pasien untuk menghirup uap dan menahan napas 5 detik.
Buang napas secara perlahan, kemudian minta pasien untuk batuk dengan kuat. Spesimen dahak dikumpulkan di pot sputum yang telah diberi label identifikasi pasien.Berikan informasi cara pengambilan sputum dengan cairan salin hipertonik untuk mengurangi misinterpretasi petugas mikrobiologi.[6]
Pemeriksaan Spesimen dengan Bronkoskopi
Apabila pengumpulan spesimen dengan induksi sputum tidak berhasil dilakukan, salah satu modalitas yang dapat digunakan ialah menggunakan bronkoskopi. Prosedur bronkoskopi dilakukan pada pagi hari dengan persiapan pasien puasa sebelumnya, hal ini dilakukan untuk menghindari refluks cairan lambung.
Prosedur ini dilakukan dengan cara memasukan selang yang dilengkapi dengan kamera serta penyedot dahak yang akan dimasukkan kedalam saluran pernapasan pasien.
Pasien akan diberikan anestesi intranasal terlebih dahulu, kemudian diberikan premedikasi intravena maupun oral sebelum prosedur dimulai. Kemudian, alat bronkoskopi dimasukkan dari melalui cavum nasi ke saluran pernapasan hingga ditemukan dahak. Dahak di aspirasi dan dimasukan ke dalam pot yang telah disediakan.[6]
Pengumpulan Spesimen Menggunakan Cairan Lambung
Selain prosedur bronkoskopi, pengumpulan spesimen dahak dapat dilakukan dengan cara mengambil cairan lambung (gastric aspiration), prosedur yang dilakukan hampir sama dengan prosedur bronkoskopi, namun selang yang digunakan hanyalah selang penghisap saja dan tidak menggunakan kamera.
Prosedur ini dilakukan di rumah sakit, diindikasikan untuk pasien yang tidak dapat batuk dengan kuat sehingga sputum tidak dapat keluar yang biasanya terjadi pada pasien anak-anak. Pasien anak biasanya menelan dahaknya dan tidak dapat mengeluarkan dahak, oleh karena itu pengambilan cairan lambung diharapkan dapat mengambil sputum yang tertelan oleh pasien.[6,10,11]
Aspirasi cairan lambung biasanya dilakukan pada pagi hari setelah pasien baru bangun tidur dan sebelum ada makanan masuk ke lambung, ini adalah waktu yang paling tepat untuk mengambil dahak yang tertelan selama pasien tidur dimalam hari.
Sebelumnya pasien diberikan premedikasi dan anestesi gel di bagian selang. Selang kemudian dimasukkan ke dalam saluran pencernaan pasien melalui hidung ataupun mulut sampai ke dalam lambung kemudian cairan lambung diaspirasi dan hasilnya dimasukkan ke dalam pot spesimen lalu dikirim ke laboratorium.[6,10,11]
Analisa Spesimen Sputum
Spesimen-spesimen sputum yang telah dikumpulkan kemudian dibawa ke laboratorium untuk dianalisa. Sampel sputum tadi diberi pewarnaan khusus yaitu dengan metode pewarnaan Tan Thiam Hok, Ziehl Neelsen, dan Fluorokrom. Setelah diberi pewarnaan, spesimen tersebut dianalisis dibawah mikroskop. Pemeriksaan BTA ini dianggap paling mudah, efisien, murah dan hasilnya cepat bila dibandingkan pemeriksaan kultur bakteri.[4]
Follow up
Setelah melakukan prosedur pemeriksaan BTA, pasien diminta untuk menunggu hasil dari laboratorium. Setelah hasilnya selesai, maka pasien diminta untuk datang kembali beserta salah satu anggota keluarga yang nantinya akan menjadi orang pengawas minum obat (apabila hasil pemeriksaan BTA dinyatakan positif).[1,6]
Pemeriksaan BTA sangat penting untuk menegakkan diagnosis seseorang terinfeksi tuberkulosis selain dari anamnesis gejala, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan radiologi paru-paru seperti rontgen toraks.
Setelah pemeriksaan BTA dari 2 spesimen sputum yang telah dikumpulkan, maka dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
- Dari 2 spesimen sputum, dinyatakan BTA positif jika salah satu spesimen ditemukan bakteri tuberculosis
- Dari 2 spesimen sputum, dinyatakan BTA negatif jika kedua spesimen tidak ditemukan bakteri tuberculosis[9,14]
Apabila dari hasil pemeriksaan BTA dinyatakan positif, maka pasien dapat didiagnosis TB dan anggota keluarga pasien ditugaskan sebagai orang pengawas minum obat. Pemeriksaan BTA ini akan diulang kembali setelah 3 bulan minum obat antituberkulosis. Tujuan pemeriksaan BTA tersebut adalah untuk mengevaluasi keberhasilan pengobatan tuberkulosis pada pasien.[5,9]
Bila hasil pemeriksaan BTA negatif, diagnosis TB dapat dibuat berdasarkan pemeriksaan klinis dan setidaknya pemeriksaan rontgen toraks.[14]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja