Teknik USG Testis
Secara teknik, pelaksanaan ultrasonografi atau USG testis memerlukan alat ultrasound dengan fasilitas wide dynamic range (dB) dan power atau color and spectral Doppler. Pasien yang sedang mengalami nyeri skrotum akut perlu mendapat manajemen nyeri terlebih dahulu sebelum menjalani USG testis.[2,5]
Persiapan Pasien
Sebelum memulai pemeriksaan, berikan edukasi dan mintakan informed consent pada pasien atau wali pasien. Pemeriksaan fisik yang meliputi ukuran, kesimetrisan, dan konsistensi testis maupun epididimis perlu dilakukan sebelum USG testis. Pada pasien dengan nyeri skrotum akut, manajemen nyeri didahulukan sebelum pemeriksaan.[2,5]
Peralatan
Peralatan yang diperlukan untuk USG testis adalah alat ultrasound, gel hangat, dan handuk. Gel hangat diaplikasikan pada kulit pasien sebelum tindakan untuk mengurangi refleks kremaster.[2,4,5]
Alat ultrasound yang digunakan untuk prosedur USG testis harus memiliki transduser linear high-frequency dengan frekuensi 6–12 MHz atau lebih tinggi. Transduser harus memiliki pencitraan trapezoidal untuk meningkatkan luas lapang pandang agar seluruh parenkim testis dan epididimis dapat terlihat secara longitudinal dengan baik.[2,4,5]
Kedalaman penetrasi alat USG perlu diatur sekitar 1–5 cm agar pencitraan terfokus pada isi skrotum dan kanalis inguinalis. Alat ultrasound yang dipakai untuk USG testis perlu difasilitasi dengan wide dynamic range (dB) dengan power atau color and spectral Doppler, untuk menilai aliran darah ke testis dan jaringan sekitarnya.[2,4,5]
Posisi Pasien
Pasien diposisikan supinasi. Pemeriksa dan alat ultrasound berada di sisi kanan pasien. Pasien juga dapat diposisikan berdiri atau berbaring menghadap ke satu sisi. Sebuah handuk diletakkan di bawah skrotum untuk mengangkat dan menahan skrotum agar skrotum tetap berada pada posisinya selama pemeriksaan dilakukan. Efek yang sama juga dapat tercapai dengan menyilangkan kaki pasien. Handuk lain dapat digunakan untuk menarik dan menutup penis.[3,5]
Prosedural
Secara umum, USG testis dilakukan dengan pencitraan side-by-side dan field-of-view luas terhadap kedua testis dengan teknik grayscale dan Doppler. Tujuannya adalah untuk membandingkan ekogenitas dan perfusi kedua testis. Tiap testis harus diperiksa secara tiga dimensi dengan pengukuran panjang, lebar, dan tinggi.[2,3]
Pemeriksaan sebaiknya dimulai dari sisi sehat terlebih dahulu, diikuti dengan sisi sakit agar pasien lebih nyaman dan membiasakan diri dengan pemeriksaan. Hal ini juga akan membantu pemeriksa agar dapat memiliki acuan gambaran yang normal sebelum memeriksa sisi sakit.[2,3]
USG diawali dengan pengukuran testis secara tiga dimensi, penilaian kesimetrisan, dan penilaian parenkim testis secara grayscale. Pengukuran testis dapat dilakukan dengan metode rotating ellipsoid yang disertai penentuan batas testis pada penampang longitudinal atau metode tiga pengukuran perpendicular, yaitu dimensi top-to-bottom, sagital, dan frontal. Pengukuran dilakukan dengan perangkat lunak pengukuran yang tersedia pada alat ultrasound.[1-3]
Penilaian parenkim testis dilakukan mulai dari penampang memanjang (longitudinal), melintang (cross-section), dan tengah (intermediate). Bandingkan ekogenitas kedua testis untuk menilai kesimetrisan dan abnormalitas, seperti lesi radang atau trauma, lesi akibat penyakit kronis, dan kalsifikasi.[1-3]
Bila ada kelainan parenkim testis, lokasi kelainan perlu ditentukan apakah ada di kutub atas (upper pole), kutub bawah (lower pole), batas tengah (medial border), atau batas luar (outer border). Selain lokasi kelainan, nilai juga bentuk lesi (reguler atau ireguler), batas polisiklik, batas jelas atau tidak, dan gambaran hypoechoic atau isoechoic atau hyperechoic.[1-3]
Perfusi testis dapat dinilai dengan power Doppler atau color Doppler. Power Doppler digunakan untuk menilai keberadaan aliran darah (terlepas dari arahnya), sedangkan color Doppler bisa digunakan untuk menilai arah aliran darah (directional flow). Pada testis normal, kecepatan aliran darah cenderung rendah. Oleh sebab itu, power Doppler lebih banyak digunakan daripada color Doppler.[2,5]
Pada kasus varikokel, pasien diposisikan berdiri atau diberikan manuver Valsava untuk menilai pelebaran vena skrotum.[2,5]
Follow Up
Setelah USG testis selesai, dokter harus mendokumentasikan hasil pemeriksaan, yang mencakup data pasien, posisi pasien saat pemeriksaan, data alat ultrasound, dan data transduser.[1,5]
Selain itu, dokumentasi juga harus mendeskripsikan morfologi testis dan epididimis, ekogenitas, ukuran testis, dan volume testis. Deskripsikan lesi patologis dengan lokasi dan ukurannya, penilaian perdarahan lesi patologis testis dan epididimis, pengukuran vena pada kasus varikokel, dan penilaian kanalis inguinalis pada kasus undesensus testis atau hernia inguinalis.[1,5]
Pada beberapa kasus seperti tumor testis, USG testis susulan disarankan untuk menilai perkembangan tumor dan menyingkirkan diagnosis banding peradangan.[1,5]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur