Komplikasi Facelift
Komplikasi facelift atau rhytidectomyyang paling umum dijumpai adalah hematoma. Komplikasi lainnya meliputi hipertrofi bekas luka di area pre dan post aurikular, telangiektasia, abses pada lokasi jahitan, hiperpigmentasi leher, kerusakan saraf, nekrosis kulit, alopesia temporal, skin sloughing, wound dehiscence, dan infeksi.[2,7]
Hematoma
Hematom pada wajah dapat menyebabkan iskemia, edema jangka panjang, dan hiperpigmentasi. Faktor risiko terjadinya hematoma meliputi jenis kelamin laki-laki, hipertensi, obat-obatan preoperatif yang mempengaruhi koagulasi seperti aspirin, merokok, dan kelebihan berat badan.[2,7]
Infeksi
Infeksi merupakan komplikasi tersering kedua setelah hematoma. Infeksi dilaporkan terjadi pada 0,3% tindakan facelift. Kombinasi prosedur dan kelebihan berat badan merupakan faktor risiko terjadinya infeksi. Infeksi paling banyak disebabkan Staphylococcus aureus.[2,10]
Kerusakan Saraf
Kerusakan saraf sensoris dan motorik merupakan salah satu komplikasi yang paling ditakutkan pasca facelift. Kerusakan nervus fasialis relatif jarang, tetapi merupakan komplikasi yang serius. Kerusakan saraf dapat terjadi pada area frontal, buccal, zygomatic, marginal mandibular, dan servikal. Kerusakan dapat berupa jejas langsung, neurapraksia, thermal injury dari kauter, jejas kompresi dari jahitan, edema, atau hematoma. Nervus auricularis magnus merupakan saraf sensoris yang paling umum mengalami kerusakan terkait prosedur facelift.[2,7]
Nekrosis Flap Kulit
Nekrosis pada flap kulit dapat menyebabkan bekas luka permanen dan waktu pemulihan yang lebih panjang. Nekrosis dapat disebabkan oleh kompresi perban, posisi tidur pasien, jahitan yang terlalu kencang, atau tidak diketahui. Pasien perokok lebih rentan terhadap komplikasi ini.[2,7]