DLBS 3233 adalah fitofarmaka yang dapat digunakan untuk terapi kombinasi diabetes melitus tipe 2 bersama obat anti diabetes oral yang lain. DLBS 3233 merupakan fraksi bioaktif dari tanaman Lagerstroemia speciosa dan tanaman Cinnamomum burmannii yang tumbuh di Indonesia.
Diperkirakan prevalensi diabetes melitus tipe 2 akan terus meningkat tiap tahunnya. Di Indonesia sendiri, sekitar 2% penduduk berusia ≥15 tahun diperkirakan mengalami diabetes melitus, di mana 90,7% pasien mendapatkan terapi medikamentosa. Namun, sebagian pasien mungkin masih sulit mengontrol kadar glukosa darahnya meskipun telah mengonsumsi obat anti diabetes.[1-3]
DLBS 3233 merupakan medikamentosa baru untuk terapi diabetes melitus tipe 2, yang memiliki efek anti diabetes melalui peningkatan sensitivitas insulin. Saat ini, efek peningkatan sensitivitas insulin dapat diperoleh dengan penggunaan obat golongan thiazolidinediones (TZD) seperti pioglitazone. Namun, penggunaan TZD dikaitkan dengan efek samping retensi cairan, peningkatan berat badan, risiko fraktur tulang, dan penyakit jantung iskemik.[3,4]
DLBS 3233 sebagai Obat Modern Asli Indonesia (OMAI) yang tersertifikasi halal terbukti secara klinis meningkatkan sensitivitas insulin pada studi dengan subjek hewan maupun manusia. Selain itu, DLBS 3233 juga terbukti memiliki efek positif pada profil lipid, termasuk total kolesterol, high-density lipoprotein (HDL), low-density lipoprotein (LDL), dan trigliserida.[3,4]
Sediaan dan Mekanisme Kerja DLBS 3233 untuk Terapi Diabetes Melitus Tipe 2
DLBS 3233 adalah fraksi bioaktif dari daun bungur atau Lagerstroemia speciosa dan kayu manis atau Cinnamomum burmannii. Di Indonesia, sediaan DLBS 3233 berupa kapsul 50 mg dan 100 mg digunakan sebagai terapi kombinasi dengan medikamentosa diabetes melitus tipe 2 lain. DLBS 3233 diberikan dengan dosis 100 mg per hari. Obat ini diharapkan dapat menjadi terapi alternatif untuk pasien diabetes melitus tipe 2 yang tidak menunjukkan respons yang diharapkan dengan obat anti diabetes lainnya.[3,5-7]
Studi oleh Florensia, et al., terhadap sel 3T3 preadiposa tikus albino Swiss mempelajari mekanisme kerja DLBS 3233 dengan menilai ekspresi gen melalui reverse transcription polymerase chain reaction (RT-PCR).[4,8]
DLBS 3233 mengurangi resistensi insulin dengan cara:
- Mengembalikan fosforilasi pada reseptor insulin yang tepat
- Menyebabkan upregulation PPAR-γ (peroxisome proliferator-activated receptor), sehingga terjadi sintesis GLUT-4 (glucose transporter type 4) yang baru
- Meningkatkan translokasi GLUT-4 dari sitoplasma menuju membran
- Menurunkan TNF-α (tumor necrosis factor)[4,8]
Studi tentang Efektivitas DLBS 3233 untuk Terapi Prediabetes
DLBS 3233 terbukti bermanfaat untuk pasien prediabetes. Studi Manaf, et al., terhadap 80 pasien dengan gangguan toleransi glukosa, yang dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok plasebo dan kelompok DLBS 3233. Setelah 12 minggu terapi DLBS 3233, ada perbaikan resistensi insulin melalui penurunan homeostatic model-assessed insulin resistance (HOMA-IR) yang lebih baik daripada plasebo. DLBS 3233 juga memperbaiki kerja sel beta pankreas melalui pengukuran oral disposition index (DIo).[9]
Keterbatasan studi tersebut adalah durasinya yang terlalu singkat untuk memeriksa apakah DLBS 3233 benar dapat mencegah konversi pasien prediabetes menjadi pasien diabetes.[9]
Studi tentang Efektivitas DLBS 3233 untuk Terapi Diabetes Melitus Tipe 2
Tjokroprawiro, et al., melakukan studi terhadap 49 pasien diabetes melitus tipe 2 yang telah menerima metformin sebagai terapi kombinasi bersama 1 atau lebih obat anti diabetes lainnya selama minimal 3 bulan, tetapi tetap memiliki kadar HbA1c ≥7,0%. Tiap pasien menerima DLBS 3233 dosis 100 mg sekali sehari selama 12 minggu sebagai terapi tambahan terhadap obat anti diabetes yang telah dikonsumsi.[8]
Studi tersebut menemukan penurunan kadar HbA1c pada 6 minggu (–0,36 ± 1,13%, p = 0,009) dan 12 minggu (–0,65 ± 1,58%, p = 0,001) terapi DLBS 3233. Gula darah 1 jam post-prandial juga menurun pada 6 minggu (–1,29 ± 4,23 mmol/L, p = 0,047) dan 12 minggu (–1,45 ± 3,89 mmol/L, p = 0,021) terapi DLBS 3233. Selain itu, DLBS 3233 juga memperbaiki profil lipid, terutama LDL dan kolesterol total pada 12 minggu terapi. Akan tetapi, studi ini berjumlah sampel kecil dan merupakan open trial tanpa grup kontrol.[8]
Studi tentang Keamanan DLBS 3233 untuk Terapi Diabetes Melitus Tipe 2
Hingga saat ini, berbagai studi klinis DLBS 3233 sebagai fitofarmaka yang relatif aman bagi pasien diabetes melitus tipe 2. Studi Intansari, et al., mempelajari ada tidaknya toksisitas subkronis pada tikus Wistar setelah pemberian DLBS 3233 dosis 1,575 mg/kgBB, dosis 3,15 mg/kgBB, atau dosis 6,30 mg/kgBB. Studi dilakukan selama 90 hari dengan 14 hari masa reversibilitas.[10]
Studi tersebut tidak menemukan gejala toksisitas pada semua kelompok dosis. Selain itu, tidak ditemukan kelainan urine, kadar natrium, kalium, dan kreatinin. Analisis histopatologis ginjal juga tidak menunjukkan kelainan pada semua kelompok.[10]
Studi oleh Tjandrawinata, et al., mempelajari 6 orang sehat untuk mengetahui risiko hipoglikemia yang mungkin disebabkan DLBS 3233. Setelah konsumsi larutan glukosa 75 gram, tiap orang diberikan DLBS 3233 bermacam dosis, di mana masing-masing dosis diberikan selama 3 hari dengan periode wash-out 1 minggu, sehingga penelitian berlangsung dalam total waktu 10 minggu.[11]
Hasil menemukan bahwa DLBS 3233 berisiko rendah menyebabkan hipoglikemia pada subjek. Selain itu, tidak ada perubahan yang bermakna secara statistik pada parameter laboratorium seperti fungsi hati dan ginjal, serta tanda vital.[11]
Studi oleh Tjokroprawiro, et al., dan Manaf, et al., tidak ditemukan perubahan parameter keamanan yang bermakna secara statistik pada subjek penelitian, baik pada subjek dengan diagnosis diabetes melitus tipe 2 maupun subjek prediabetes. Kedua studi tersebut hanya menemukan efek samping ringan setelah konsumsi DLBS 3233, seperti lemas, sakit kepala, tremor, palpitasi, diaforesis, rasa tidak nyaman pada perut, mual, dan diare.[8,9]
Kesimpulan
DLBS 3233 merupakan fraksi bioaktif dari Lagerstroemia speciosa dan Cinnamomum burmannii yang tumbuh di Indonesia. DLBS 3233 ini bermanfaat sebagai terapi kombinasi diabetes melitus tipe 2 bersama obat anti diabetes lainnya.
DLBS 3233 memperbaiki resistensi insulin dengan cara mengembalikan fosforilasi pada reseptor insulin yang tepat, menyebabkan upregulation PPAR γ sehingga terjadi sintesis GLUT-4 yang baru, meningkatkan translokasi GLUT-4 dari sitoplasma menuju membran, dan menurunkan TNF-α. DLBS 3233 sebagai fitofarmaka yang memiliki profil keamanan yang baik.
Di Indonesia, DLBS 3233 tersedia dalam bentuk kapsul 50 mg dan 100 mg. DLBS 3233 diberikan dengan dosis 100 mg per hari. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah memberi izin edar bagi DLBS 3233 untuk terapi diabetes melitus tipe 2. Studi klinis membuktikan bahwa DLBS 3233 juga bermanfaat untuk memperbaiki resistensi insulin pada pasien prediabetes.