Menangani rekan sejawat dapat menyebabkan kebingungan peran sehingga menjadi dilema tersendiri bagi dokter yang menghadapinya. Dilema ini cukup sering dialami karena profesi dokter memang umum terpapar dengan risiko infeksi, risiko cedera, dan beban kerja yang tinggi dalam praktik sehari-hari.
William Osler pernah mengatakan “Care more particularly for the individual patient than for the special features of the disease”. Apakah ini berarti siapa pasien tersebut lebih penting dari status penyakitnya. Haruskah latar belakang (profesi, status sosial, pendidikan, dan budaya) menjadi faktor penentu dalam penanganan sebuah penyakit? Bagaimana jika pasiennya adalah seorang dokter?[1]
Dokter banyak terpapar terhadap risiko masalah kesehatan pada pekerjaannya, seperti risiko infeksi, cedera tertusuk jarum, jam kerja yang panjang, atau tekanan beban kerja, dapat menyebabkan masalah kesehatan pada seorang dokter. Survei British Medical Association menunjukkan lebih dari 50% dokter merasa pekerjaan mereka mempengaruhi kesehatan mereka. Survei tersebut juga menunjukkan bahwa lebih dari 30% menghadapinya dengan melakukan self-prescribing dan kurang dari 50% yang mengambil izin karena sakit dan memeriksakan diri ke dokter lain.
(Konten ini khusus untuk dokter. Registrasi untuk baca selengkapnya)