Efek Samping dan Interaksi Obat Fentanil
Efek samping dari fentanil yang berbahaya adalah depresi napas. Interaksi obat fentanil perlu diwaspadai jika digunakan dengan benzodiazepin dan antidepresan karena meningkatkan risiko depresi napas.
Efek Samping
Beberapa efek samping fentanil yang perlu diwaspadai adalah gangguan penglihatan, diskinesia, halusinasi, delirium, depresi napas, penurunan kesadaran, adiksi, koma, hingga kematian.[3,4,8]
Overdosis
Overdosis dari fentanil adalah potensiasi berlebihan dari efek samping obat. Beberapa tanda dan gejala dari overdosis fentanil adalah penurunan laju napas, miosis, dan penurunan kesadaran. Namun gejala yang paling dikhawatirkan adalah depresi napas.
Penurunan kadar oksigen dalam darah dengan cepat menyebabkan hipoksia, hipotermia, dan akhirnya menimbulkan kerusakan ireversibel pada struktur otak. Depresi napas karena fentanil bergantung pada dosis yang diberikan, umumnya memuncak pada 5 menit setelah pemberian intravena dan berangsung menghilang dalam 4 jam.[14]
Tata laksana dari overdosis fentanil mirip dengan penyalahgunaan opioid. Tindakan pertama adalah memastikan patensi jalan napas dan memberikan oksigenasi. Pasien dengan depresi napas berat mungkin membutuhkan intubasi. Cairan intravena perlu diberikan pada pasien yang mengalami hipotensi. Pasien akan memerlukan pemantauan berkala selama 24 jam.
Obat antidotum untuk fentanil adalah naloxone, sebuah opioid antagonis dengan onset kerja cepat. Naloxone dapat diberikan melalui intravena, intramuskuler, intranasal, subkutan, inhalasi, sublingual, dan endotrakeal. Dosis naloxone adalah 0,04-2 mg dan dapat diulang sesuai kebutuhan. Pelemas otot mungkin diperlukan pada kaku otot yang berat untuk membantu ventilasi mekanik.[2,4,15]
Efek Samping Signifikan
Fentanil dapat menyebabkan hipotensi berat, termasuk hipotensi ortostatik dan sinkop. Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan hipogonadisme sekunder.
Penggunaan dosis tinggi bisa menyebabkan bradikardia, depresi saraf pusat, kejang, gerakan non-epilepsi mioklonik, penyempitan sfingter Oddi, peningkatan tekanan intrakranial, dan hiperalgesia. Jika digunakan secara intravena cepat, dapat terjadi kekakuan otot, termasuk otot toraks.
Potensi efek samping lain adalah gangguan tidur, penurunan motilitas usus, toleransi, ketergantungan fisik atau psikologis, gejala putus obat, anafilaksis, dan reaksi hipersensitivitas. Potensi efek samping yang fatal adalah depresi pernapasan, sindrom serotonin, sindrom putus obat neonatal, dan insufisiensi adrenal.[3,8]
Kardiovaskular dan Hematologi
Fentanil telah dilaporkan menyebabkan anemia, neutropenia, takikardia, palpitasi, aritmia, dan dispnea.[8]
Sistem Indera
Fentanil dapat menyebabkan efek samping berupa penglihatan kabur atau ganda, serta vertigo.[8]
Gastrointestinal
Efek samping gastrointestinal dapat berupa mual, muntah, iritasi tenggorokan, konstipasi, dysgeusia, sakit perut, stomatitis, mulut kering, diare, dispepsia, sakit gigi, dan kandidiasis oral.[8]
Metabolisme dan Nutrisi
Fentanil dapat menyebabkan efek samping berupa anoreksia, edema perifer, dan dehidrasi.[3,8]
Neuromuskuloskeletal
Fentanil dapat menyebabkan efek samping berupa mialgia, nyeri punggung, dan kejang otot. Fentanil juga bisa menyebabkan sakit kepala, pusing, tremor, sedasi, dan parestesia.[8]
Lainnya
Fentanil dapat menyebabkan efek samping berupa mengantuk, depresi, kecemasan, insomnia, keadaan bingung, halusinasi. Pasien juga bisa mengalami retensi urin, nyeri faringolaring, laringospasme, dan bronkospasme.
Pada kulit, bisa timbul efek samping hiperhidrosis, ruam, pruritus, dan dermatitis alergi.[8]
Interaksi Obat
Interaksi obat fentanil berupa peningkatan konsentrasi plasma fentanil, peningkatan risiko efek samping fentanil, dan risiko terjadi sindrom serotonin.
Meningkatkan Konsentrasi Plasma dari Fentanil
Penggunaan fentanil bersamaan dengan inhibitor dari CYP3A4 dapat meningkatkan konsentrasi plasma dari fentanil yang nantinya dapat meningkatkan serta memperpanjang durasi efek dari obat tersebut. Penting untuk mempertimbangkan dosis serta pengawasan pada tanda-tanda vital (TTV) untuk menghindari terjadinya depresi napas atau sedasi. Obat yang termasuk dalam golongan inhibitor CYP3A4 adalah:
- Antibiotik makrolida, misalnya erithromycin, clarithromycin, atau azithromycin
- Antifungal golongan azole, misalnya ketoconazole, clotrimazole, atau fluconazole
- Protease inhibitor, misalnya ritonavir atau telaprevir[2-4,8]
Meningkatkan Risiko Efek Samping dari Fentanil
Interaksi dari fentanil bersamaan dengan obat golongan benzodiazepine atau depresan sistem saraf pusat lain, misalnya Na oxybate, dapat menimbulkan efek berupa sedasi, depresi pernapasan, koma bahkan kematian. Hal ini disebabkan oleh komponen farmakologi yang sama dari obat-obat tersebut. Minimalisir dosis dan durasi dari salah satu obat tersebut serta pantau tanda-tanda vital untuk mengurangi efek samping yang terjadi.[2-4,8]
Risiko Terjadi Sindrom Serotonin
Penggunaan fentanil bersamaan dengan obat serotonergik dapat menimbulkan efek pada serotonergik neurotransmiter yang dapat menyebabkan sindrom serotonin. Obat serotonergik yang termasuk antara lain:
Serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) seperti sertraline, escitalopram,dan paroxetine
Serotonin and norepinephrine reuptake inhibitors (SNRIs) seperti duloxetine dan venlafaxine
Tricyclic antidepressants (TCAs) seperti amitriptyline, amoxapine, dan imipramine
Monoamine oxidase inhibitors (MAOIs) seperti phenelzine dan tranylcypromine[2-4,8]
Menurunkan Efek Fentanil
Interaksi berupa penurunan efek analgesik dan induksi gejala putus obat dapat terjadi dengan agonis atau antagonis opioid parsial, seperti buprenorfin, nalbuphine, dan pentazocine.[8]
Penulisan pertama oleh: dr. Amelia Febrina