Kontraindikasi dan Peringatan Ketorolac
Kontraindikasi pemakaian ketorolac, antara lain pada pasien dengan hipersensitivitas terdapat ketorolac, riwayat perdarahan gastrointestinal, dan perdarahan serebrovaskular aktif. Durasi maksimal penggunaan ketorolac, bentuk sediaan apapun, adalah 5 hari.
Kontraindikasi
Kontraindikasi utama pemberian ketorolac adalah pada pasien yang memiliki riwayat hipersensitivitas terhadap ketorolac atau komplemen penyusun sediaannya.[5,6]
Kontraindikasi penggunaan ketorolac adalah pada pasien dengan penyakit ulkus peptikum dan riwayat perdarahan atau perforasi gastrointestinal. Ketorolac juga tidak boleh digunakan sebagai analgesik perioperatif pada coronary artery bypass graft (CABG).[3,5,6]
Ketorolac dikontraindikasikan pada pasien yang diduga atau sedang mengalami perdarahan serebrovaskular dan gangguan pembekuan darah. Selain itu, kontraindikasi pemberian ketorolac adalah pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal berat, dan pada pasien yang berisiko mengalami gagal ginjal akibat deplesi volume.[3,6]
Kontraindikasi lain dari penggunaan ketorolac adalah pada pasien yang memiliki riwayat penggunaan obat antiinflamasi non-steroid (OAINS) jangka panjang, sedang mengonsumsi lithium, memiliki nyeri iskemik jantung, dan alergi pada ketorolac termasuk kandungannya.[1,3]
Ketorolac tidak diperbolehkan digunakan secara intratekal atau epidural, karena mengandung alkohol pada formulasi parenteralnya. Pemakaian ketorolac saat pasien sedang dalam persalinan aktif juga tidak direkomendasikan sebab dapat mengganggu sirkulasi janin dan menghambat kontraksi uterus.[1,3]
Peringatan
Ketorolac sebaiknya tidak digunakan pada pasien yang berusia <17 tahun atau untuk mengatasi nyeri ringan. Harap berhati-hati untuk penggunaan pada pasien yang memiliki riwayat asma, urtikaria, atau alergi terhadap aspirin atau OAINS lainnya.[1,3]
Penggunaan ketorolac, baik parenteral maupun oral, sebaiknya tidak melebihi lima hari dan hanya digunakan pada kasus nyeri berat yang bersifat akut sehingga membutuhkan analgesik di level opiat. Penggunaan ketorolac untuk tata laksana nyeri kronik tidak dianjurkan. Ketorolac per oral hanya diberikan sebagai terapi lanjutan setelah pemberian parenteral.[3]
Perhatikan penggunaan ketorolac pada pasien lanjut usia, karena memiliki risiko lebih tinggi untuk terjadi masalah pada saluran cerna, seperti perdarahan.[3]
Pasien dengan riwayat infark miokard baru yang memperoleh ketorolac memiliki peningkatan risiko terjadinya infark ulang dan kematian yang dimulai satu minggu setelah pemberian ketorolac.[3,6]
Pada beberapa pasien perempuan yang mengonsumsi ketorolac, didapatkan adanya gangguan fertilitas, seperti terlambatnya ovulasi, yang mungkin diakibatkan oleh inhibisi sintesis prostaglandin yang berperan pada rupturnya folikel.[3]