Efek Samping dan Interaksi Obat Erythromycin
Efek samping erythromycin atau eritromisin yang umum adalah gangguan gastrointestinal, antara lain mual, muntah, nyeri abdomen, diare dan anoreksia. Interaksi obat antara erythromycin dengan beberapa obat lain dapat meningkatkan kadar obat dalam plasma darah, misalnya dengan lovastatin dan kolkisin.
Efek Samping
Efek samping erythromycin yang paling sering dijumpai, antara lain nyeri abdomen, sakit kepala, mual, diare, muntah, dan anoreksia. Efek samping dapat terjadi pada berbagai sistem tubuh, seperti gastrointestinal, kardiovaskular, hepatik, serta dapat juga berupa reaksi alergi.
Efek Samping Gastrointestinal
Erythromycin merupakan agonis motilin, sehingga lebih cenderung menyebabkan efek samping gastrointestinal, dibandingkan antibiotik lain. Gejala gastrointestinal, seperti nyeri abdomen dapat dijumpai. Mual, muntah, anoreksia, dan diare juga dapat terjadi, tetapi lebih jarang.
Kolitis pseudomembranosa juga dapat terjadi selama masa pengobatan, atau setelah pengobatan selesai. Pemberian erythromycin pada neonatus dapat menyebabkan infantile stenosis pyloric.[9,10,16]
Efek Samping Kardiovaskular
Semua antibiotik golongan makrolida, termasuk erythromycin, dapat menyebabkan pemanjangan interval QT. Erythromycin juga diketahui dapat meningkatkan risiko terjadinya torsades de pointes. Aritmia yang terjadi dapat menghilang dengan sendirinya, atau dapat juga berlanjut menjadi fibrilasi ventrikel yang berpotensi fatal.[9,16]
Efek Samping Hepatik
Penggunaan erythromycin dilaporkan berhubungan dengan ikterus dan gangguan fungsi hepar. Biasanya, gangguan yang terjadi biasanya dapat membaik dengan sendirinya, tetapi pernah dilaporkan adanya gagal hati akut yang membutuhkan transplantasi hati.
Pasien yang pernah mengalami gangguan hati akibat erythromycin sebaiknya juga berhati-hati saat menggunakan antibiotik makrolida lainnya, seperti azithromycin atau clarithromycin.[9,10,16]
Reaksi Alergi
Penggunaan erythromycin dapat menyebabkan terjadinya reaksi alergi, mulai dari urtikaria hingga anafilaksis. Reaksi alergi pada kulit yang mengancam nyawa, seperti Sindrom Stevens-Johnson atau toxic epidermal necrolysis juga pernah dilaporkan.[9,10,16]
Efek Samping Lain
Meskipun jarang terjadi, penggunaan erythromycin dapat mengakibatkan pankreatitis dan konvulsi. Kehilangan pendengaran yang reversibel juga dapat terjadi, terutama pada penderita insufisiensi renal, atau pada pasien menerima obat dosis tinggi.[8,9]
Interaksi Obat
Interaksi obat dapat terjadi ketika erythromycin diberikan bersama obat-obatan yang merupakan inhibitor, induktor, atau substrat isoenzim CYP. Interaksi obat dapat menyebabkan perubahan metabolisme erythromycin atau obat yang lain.
Interaksi Obat yang Meningkatkan Efek Erythromycin
Pemberian erythromycin bersamaan dengan antifungi golongan azol, seperti fluconazole, itraconazole, dan ketoconazole, golongan calcium-channel blocker, seperti diltiazem dan verapamil, dan antihistamin astemizol dapat meningkatkan efek erythromycin. Akibatnya, efek samping erythromycin, terutama efek samping kardiovaskular, seperti aritmia atau henti jantung, dapat meningkat.[8,10,11]
Interaksi Obat yang Meningkatkan Efek Obat Lain
Interaksi obat antara erythromycin dengan obat-obatan yang merupakan substrat CYP34A dapat berakibat serius. Terdapat laporan adanya toksisitas kolkisin, ketika diberikan bersamaan dengan erythromycin. Interaksi keduanya dapat berakibat fatal, sehingga tidak boleh digunakan bersamaan.
Penggunaan erythromycin bersamaan dengan lovastatin dapat mengakibatkan rhabdomyolysis, baik pada pasien dengan atau tanpa gangguan fungsi ginjal. Pasien yang menerima kedua obat ini perlu melakukan pemeriksaan creatine kinase (CK) dan transaminase serum secara berkala.
Pemberian erythromycin bersamaan dengan carbamazepine, cisapride, digoksin, atau fenitoin dapat meningkatkan kadar obat-obatan dalam serum. Hal ini berpotensi menyebabkan toksisitas pada sebagian pasien.[8,10,11]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra