Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Molnupiravir
Molnupiravir tidak dianjurkan pada wanita hamil atau menyusui karena bersifat teratogenik dengan risiko cacat lahir. Belum terdapat data mengenai penggunaan molnupiravir pada kehamilan. Studi pada hewan uji menunjukkan bahwa molnupiravir dapat menyebabkan fetal harm. Menyusui tidak direkomendasikan selama mengonsumsi molnupiravir, hingga 4 hari setelah pemberian dosis terakhir.[2,8,11,15]
Penggunaan pada Kehamilan
Belum terdapat data mengenai penggunaan molnupiravir pada wanita hamil. Berdasarkan hasil studi pada hewan uji, molnupiravir dapat meningkatkan risiko teratogenik pada fetus saat diberikan pada kehamilan.[2,8,11,15]
Obat ini telah masuk ke dalam paket terapi COVID-19 dari Kemenkes, dan dapat diberikan sebagai e-prescription. Namun, sebelum pemberian resep harus diberikan edukasi kepada pasien wanita untuk menggunakan metode kontrasepsi yang terpercaya selama mengonsumsi molnupiravir, hingga 4 hari setelah pemberian dosis terakhir. Sebelum memulai terapi, sebaiknya dilakukan tes kehamilan untuk memastikan bahwa pasien tidak sedang hamil. Jika terjadi kehamilan saat pengobatan berlangsung, pengobatan harus segera dihentikan.[2,8,11,15]
Pria pada Usia Produktif
Selain pada wanita usia produktif, kontrasepsi yang diandalkan juga harus digunakan pada pria usia produktif selama menggunakan obat ini hingga 3 bulan setelah dosis terakhir. Hal ini bertujuan untuk mencegah birth defects.[2,8,11,15]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Studi pada hewan menunjukkan bahwa metabolit aktif molnupiravir ditemukan pada bayi hewan yang menyusu, tetapi belum terdapat hasil penelitian pada manusia terkait hal ini. Menyusui tidak direkomendasikan selama mengonsumsi molnupiravir hingga 4 hari setelah pemberian dosis terakhir. Ibu yang menyusui sebaiknya tetap memompa ASI dan membuangnya.[2,11]