Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Cisplatin
Penggunaan pada kehamilan terapi cisplatin atau sisplatin berdasarkan FDA maupun TGA adalah termasuk kategori D, yang berarti cisplatin dicurigai dapat menyebabkan peningkatan insiden malformasi janin yang bersifat ireversibel. Data menunjukkan bahwa cisplatin dapat melewati plasenta. Cisplatin diekskresikan pada ASI dalam jumlah kecil, sehingga pasien harus diedukasi untuk tidak menyusui selama kemoterapi dengan cisplatin[4,8,12]
Penggunaan pada Kehamilan
Berdasarkan Therapeutic Good Administration (TGA), penggunaan cisplatin pada kehamilan termasuk kategori D, yaitu dicurigai dapat menyebabkan peningkatan insiden malformasi fetus yang bersifat ireversibel. Pada tikus, cisplatin bersifat teratogenik dan embriotoksik, sehingga penggunaannya pada wanita hamil tidak direkomendasikan. Wanita usia subur harus mendapatkan kontrasepsi yang efektif selama terapi cisplatin dan minimal 14 minggu setelah dosis terakhir diberikan. Penggunaan kontrasepsi efektif untuk laki-laki disarankan selama minimal 19 minggu, sedangkan untuk pasien wanita selama minimal 31 minggu setelah dosis terakhir. Jika pasien selama mendapat cisplatin lalu hamil maka pasien harus diedukasi mengenai potensi risiko pada fetus. Cisplatin harus digunakan hanya jika potensi manfaat melebihi risiko terapi.[4,14]
Menurut US Food and Drug Administration (FDA), wanita hamil dan wanita usia subur harus diedukasi mengenai potensi risiko penggunaan cisplatin terhadap fetus. Data menunjukkan bahwa cisplatin dapat melewati plasenta, dan dapat menyebabkan oligohidramnion, hambatan pertumbuhan janin intrauterin, dan kelahiran prematur. Dilaporkan juga kejadian respiratory distress syndrome, sitopenia, dan hilangnya pendengaran pada neonatus.[8,12]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Data yang terbatas menunjukkan bahwa cisplatin diekskresikan pada air susu ibu dalam jumlah kecil. Oleh karena adanya potensi efek samping serius, pasien harus diedukasi untuk tidak menyusui selama menerima kemoterapi cisplatin.[4,8]