Efek Samping dan Interaksi Obat Norethisterone
Efek samping penggunaan norethisterone yang sering muncul pada awal terapi adalah gangguan perdarahan uterus, seperti amenore, flek, dan menstruasi yang ireguler, serta nyeri payudara. Efek samping pada penggunaan lama bisa terjadi pada berbagai sistem, seperti sistem reproduksi, pencernaan dan metabolisme, saraf, pembuluh darah, bahkan gangguan psikiatri.[3,7]
Efek Samping
Beberapa efek samping yang dilaporkan pada penggunaan norethisterone adalah:
- Sistem reproduksi: amenore, perdarahan/flek, menstruasi yang ireguler, nyeri pada payudara, galaktorea, kehamilan ektopik, atresia folikuler, vaginal discharge, vaginitis, maskulinisasi pada fetus perempuan, perubahan erosi serviks
- Gangguan saluran pencernaan: nyeri perut, kram perut, distensi abdomen, mual, muntah, dan gangguan gastrointestinal lainnya
- Gangguan hepatobilier: kolestasis, kolestatik jaundice
- Neoplasma: adenoma hepar
- Gangguan nutrisi dan metabolisme: intoleransi glukosa, perubahan nafsu makan (meningkat atau menurun), eksaserbasi porfiria
- Gangguan sistem saraf: sakit kepala, pusing
- Gangguan pembuluh darah: emboli paru, tromboemboli vena, deep vein thrombosis, tromboflebitis, infark miokard, dan stroke
- Gangguan mata: trombosis pembuluh darah retina
- Gangguan kulit dan jaringan subkutan: akne, alopesia, hirsutism, kloasma/melasma
- Gangguan muskuloskeletal: kram pada kaki, mialgia
- Gangguan sistem imun: reaksi anafilaktik atau reaksi anafilaktoid termasuk urtikaria dan edema pada wajah
- Gangguan psikiatri: gangguan mood, depresi mental, penurunan libido[3,7]
Interaksi Obat
Terdapat beberapa interaksi antara norethisterone dengan obat-obat lain yang dapat mempengaruhi efektivitas norethisterone. Interaksi tersebut diantaranya:
- Efektivitas norethisterone akan berkurang apabila diberikan bersamaan dengan obat-obat yang dapat menginduksi enzim mikrosomal hati, seperti fenitoin, karbamazepin, okskarbazepin, topiramat, barbiturat, rifampisin, dan antibiotik lain seperti ampisilin dan griseofulvin. Hal ini disebabkan karena obat-obat penginduksi enzim tersebut dapat meningkatkan klirens norethisterone
- Obat golongan protease inhibitor dan non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor dapat meningkatkan atau menurunkan konsentrasi plasma norethisterone. Perubahan ini, pada beberapa kasus, bisa relevan secara klinik
- Obat penghambat CYP3A4 seperti anti jamur azole (ketokonazol, itrakonazol, vorikonazol, flukonazol), verapamil, makrolida (klaritromisin, eritromisin), dan diltiazem, dapat meningkatkan konsentrasi norethisterone di plasma
- Progestogen seperti norethisterone juga dapat mengganggu metabolisme obat lain. Konsentrasi obat lain di plasma dan jaringan dapat meningkat pada siklosporin, atau menurun pada
Antasida dapat mengganggu absorpsi norethisterone, sehingga norethisterone seharusnya diberikan minimal 2 jam setelah pemberian antasida[3,10,11]