Kontraindikasi dan Peringatan Fluoxetine
Kontraindikasi fluoxetine adalah pada pasien dengan hipersensitivitas terhadap fluoxetine atau komponennya, dan pada pemberian bersamaan dengan monoamine oxidase inhibitors, misalnya linezolid dan metilen biru. Peringatan diberikan pada penggunaan fluoxetine untuk anak, remaja, dan dewasa muda, karena adanya peningkatan risiko bunuh diri.
Kontraindikasi
Kontraindikasi fluoxetine adalah pada pasien yang memiliki riwayat hipersensitivitas terhadap fluoxetine, maupun komponen formulasinya. Reaksi hipersensitivitas yang muncul dapat berupa reaksi anafilaktik, seperti bronkospasme, angioedema, laryngospasme, dan urtikaria. Jika tampak ruam pada kulit, atau gejala alergi lainya, segera hentikan pemakaian fluoxetine.
Kontraindikasi lain adalah penggunaan fluoxetine bersamaan dengan MAOI, seperti linezolid, metilen biru, dan selegiline, karena dapat menyebabkan terjadinya sindrom serotonin.
Selain itu, penggunaan fluoxetine bersamaan dengan obat-obatan serotonergik lain, misalnya golongan triptan, seperti sumatriptan, antidepresan trisiklik, seperti imipramine, juga dengan fentanil, lithium, tramadol, atau amfetamin, sebaiknya dilakukan dengan berhati-hati. Sebab, penggunaan bersamaan juga diketahui meningkatkan risiko timbulnya sindrom serotonin.[2,4]
Peringatan
Peringatan pada pemakaian fluoxetine diberikan saat fluoxetine diberikan pada anak-anak, karena dapat menimbulkan ide bunuh diri. Peningkatan risiko bunuh diri terutama terjadi pada kelompok usia 18–24 tahun. Keinginan bunuh diri dapat muncul dalam beberapa 1–2 bulan sejak terapi fluoxetine dimulai, atau setelah kenaikan dosis.
Perburukan gejala penyakit juga dapat terjadi akibat penggunaan fluoxetine. Oleh karena itu, keluarga atau penjaga pasien perlu memperhatikan apakah muncul gejala-gejala, seperti agitasi, ansietas, serangan panik, iritabilitas, maupun perubahan perilaku lain yang tidak biasanya. Jika terjadi hal-hal tersebut, segera laporkan ke tenaga kesehatan.
Peringatan juga diberikan agar fluoxetine tidak digunakan bersamaan dengan MAOI, berhubungan dengan risiko sindrom serotonin atau neuroleptic malignant syndrome. Bagi pasien yang sebelumnya mendapatkan MAOI, berikan jarak setidaknya 14 hari sebelum memulai terapi fluoxetine. Sebaliknya, berikan jarak setidaknya 5 minggu setelah menghentikan fluoxetine, sebelum memulai terapi MAOI.
Selain itu, peringatan juga diberikan pada penggunaan fluoxetine bersamaan dengan thioridazine. Pemberian thioridazine dapat menyebabkan pemanjangan interval QT, yang berhubungan dengan aritmia ventrikel, seperti torsades de pointes, bahkan kematian mendadak. Risiko ini diperkirakan dapat meningkat pada pemberian bersamaan dengan fluoxetine, sebab fluoxetine menghambat metabolisme thioridazine.
Pada pasien-pasien dengan gangguan bipolar, penggunaan fluoxetine sebaiknya diberikan bersama dengan obat-obat mood stabilizer (lithium karbonat, asam valproat, carbamazepine, dan lamotrigine). Hal ini disebabkan karena depresi dapat menjadi gejala awal gangguan bipolar, dan ketika diobati hanya dengan antidepresan, maka berisiko mencetuskan mania atau hipomania.[4,11,13]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra